Streetwear Jadi Pemicu Bangkitnya Industri Kreatif Fesyen Urban Tanah Air

Serbuan brand dari luar negeri ternyata tidak selamanya berakibat negatif, salah satunya dialami industri fesyen

Tren fesyen anak muda kini mulai kembali ke gaya streetwear, sebuah aliran fesyen jalanan yang sempat naik daun pada era 90-an dahulu. Kini generasi milenial kembali menaikkan trennya.

Dimulai dari munculnya kembali brand – brand seperti Supreme, Off white, Stussy dan banyak lagi dari luar negeri, dan digemari di dalam negeri. Menariknya, streetwear fesyen yang sebelumnya lebih banyak disebut sebagai brand ‘kelas 2’ berharga murah khas anak muda, tapi kini nilainya sudah mengalami peningkatan drastis. Tentu anda bisa melakukan pengecekan berapa harga untuk sebuah T-shirt Supreme asli.

Rupanya, menuurt CoFounder Urban Sneaker Society (USS), Jefrey Wouw, meningkatkan nilai streetwear di era milenial ini terpengaruh perubahan perilaku dan pengguannya. Jika dahulu lebih banyak digunakan anak muda dan remaja, namun kini pemakainya adalah kaum eksekutif muda dan pekerja di entry level.

“Hal itu yang menggantikan formalitas-formalitas kayak ke kantor pakai kemeja sekarang pakai kaos-kaos aja. Hal tersebut juga menjadikan mereka bisa lebih santai dan lebih berjiwa muda,” ungkapnya dalam acara Siaran Pers Bodrex di XXI Cinema Senayan City, Jakarta, Kamis (7/2/2019), seperti dikutip dari Wallypop.

foto: kontan.id

Ditambahkan pria yang akrab dengan sapaan Jejo ini, dengan terbuka informasi di era internet bebas seperti sekarang, termasuk juga banyaknya event showcase produk streetware, membuatnya lni fesyen yang satu ini semakin mendapatkan hati di masyarakat. Bukan hanya untuk produk impor, bahkan juga streetware lokal yang mulai menunjukkan geliat positif.

“Tren tersebut memberikan efek positif bagi perkembangan merek-merek lokal yang menciptakan karya independen ataupun hasil kolaborasi yang berkualitas. Hal ini tentu sangat membanggakan dan bisa membantu pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia,” ungkap Jejo.

Dengan latar belakang fenomena tersebut, Bodrex saat ini menginisiasi sebuah kolaborasi dengan USS yang merupakan salah satu komunitas sneaker terbesar di Indonesia,bergandengan juga dengan dua merek lokal, yaitu Never Too Lavish dan Stahoops, dengan tema #kolabodrex

“Bodrex juga memiliki semangat yaitu terus menangkan harimu. Bodrex ingin mendorong pionir-pionir ini untuk terus berkarya, berkreasi untuk memberikan yang terbaik di bidangnya masing-masing, jadi kita mengangkat temanya generasi juara” ungkap Digital Marketing Manager PT Tempo Scan Pasific, Dior Garnusa.

Dalam momentum tersebut, Bodrex pun memamerkan sejumlah item hasil kolaborasi yang diklaim tersedia dalam edisi terbatas tersebut. Beberapa item fesyen tersebut antara lain, sepatu sneaker, jaket, kaos kaki, t-shirt, kemeja hawai. Koleksi tersebut dihadirkan dalam gelaran streetwear dan sneaker terbesar di Indonesia, Jakarta Sneaker Day.

Sementara, Founder Stayhoops, Nico Donnda, memandang kolaborasi ini punya efek positf, khususnya menunjang milenial untuk semakin mencintai produk lokal.

“Kolaborasi dengan Bodrex dapat menjadi momentum yang menginspirasi prodesen streetwear lokal untuk bisa terus kreasikan karya berkualitas yang dekat dengan keseharian orang Indonesia. Kami yakin produk lokal memiliki potensi yang sama dan tak kalah dengan kualitas produk buatan luar negeri,” papar Nico.

mengacu data BPS Statistik Pemuda Indonesia 2018 dan Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) 2018, jumlah penduduk pada rentang usia 16-20 tahun yang mencapai 63,82 juta jiwa pada 2018, merupakan motor penggerak ekonomi Tanah Air, utamanya dari sektor ekonomi kreatif.

Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi kreatif hingga tahun 2018, memberikan sumbangan PDB sebesar Rp 1.041 triliun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 18,2%.

Exit mobile version