PJ Walikota Malang Meluncurkan Buku Satu Abad Stadion Gajayana

Indiekraf.com – Sebagai salah satu bentuk perayaan hari ulang tahun (HUT) 110 tahun Kota Malang, Penjabat (Pj.) Walikota Malang, Dr. Ir. Wahyu Hidayat, M.M., meluncurkan buku berjudul Satu Abad Stadion Gajayana di Malang Creative Center (MCC) pada Sabtu, 20 April 2024.

Dihadiri oleh berbagai tokoh penting, seperti sejarawan dan penulis terkemuka di Kota Malang, acara ini bertujuan sebagai peringatan sejarah panjang Stadion Gajayana dan memperkenalkan budaya literasi kepada anak-anak di Kota Malang.

Satu Abad Stadion Gajayana

Buku yang diterbitkan oleh Media Nusa Creative ini memiliki 614 halaman dan ditulis oleh 36 penulis, yaitu Haris Wibisono, Dezzalina Dyana Paramita, Wasiska Iyati, Armudya Indra Permana, Dian Widatama, Lulut Edi Santoso, Meananing Windi A, Debita Aisyiyah Putri Ayu, Bachtiar Djanan, Khalyandhara Pramesthi Regita Wulan, Bagus Ninar, Ico Oemar, Teguh Yudi Cahyono, Restu Respati, Denise Resiamini Praptaningsih.

Serta Bambang AW, Abdul Muntholib, Abdul Malik, Novarita, Muhammad Nasa’i, Arief Wibisono, Robby Hidayat, Ari Ambarwati, Bagus Ary Wicaksono, Rendra Fatrisna Kurniawan, Yayuk Sulistiowati M.V, Eko Rody Irawan, Hengki Herwanto, Herman Aga, Satriya Paramandana, Agung H.Buana, Engelbertus Kukuh Widiatmoko, Hariani, Wahyu Eko Setiawan, RBG Kushariyono Arif Wibowo, dan Taufiq Saguanto.

Buku ini menceritakan tentang bagaimana sejarah Stadion Gajayana yang telah berusia seratus tahun. Pada acara peluncuran buku ini, dihadirkan pula salah satu saksi sejarah berdirinya Stadion Gajayana Malang, Dwi Haryanto, yang bercerita panjang tentang awal mula penentuan nama hingga peresmian stadion.

Dwi Haryanto – Foto oleh Izzuddin via siarindomedia.com

Berdasarkan penuturan dari pria berusia 85 tahun ini, sejarah Stadion Gajayana dimulai sejak 1975. Waktu itu setiap pemerintah harus punya kesebelasan. Kesebelasan Kota Malang bernama Kesebelasan Pemda, waktu itu Pemda Kota Malang vs Pemda Surabaya kalah 7:0.

Kemudian nama kesebelasan Pemda diganti menjadi sebuah nama besar atas usul dari sejarawan Kota Malang, Habib Mustopo. Pihaknya mensurvei di Candi Badut, dan memutuskan untuk menggunakan nama dari Kerajaan Gajayana. Akhirnya, nama Kesebelasan Pemda diganti menjadi Kesebelasan Gajayana.

Karena Kesebelasan ini selalu menang dan mengharumkan nama Malang ketika melawan kesebelasan lain, maka nama stadion yang awalnya bernama stadion dalam dan stadion luar tersebut, diganti menjadi Stadion Gajayana.

Uniknya, penamaan stadion ini sampai sekarang tidak tercantum dalam SK Walikota Malang. Pada waktu penamaan tersebut juga tanpa surat keputusan walikota.

Baca Juga:

Pemerintah Kota Malang Bentuk  Komite Ekonomi Kreatif Periode Baru, Ini Pengurus dan Tugasnya
Mbois, Walikota Malang Ajak Rapat Pegiat Ekonomi Kreatif Di Pasar Seni Bareng
Pemkot Malang Gelar Rembug Bareng Pelaku Ekonomi Kreatif
Wujudkan Ramah Disabilitas, Dispendukcapil Kota Malang Terbitkan Dokumen Dalam Bentuk Huruf Braille

Peluncuran buku Satu Abad Stadion Gajayana ini mendapatkan apresiasi dari Pj. Wali Kota Malang. Dilansir dari jatimsatunews, orang nomor satu di Kota Malang ini menyatakan bahwa Kota Malang memiliki nilai sejarah yang tinggi dengan keberadaannya yang erat sekali dengan Stadion Gajayana.

“Cerita sejarah itu dirangkum dalam sejarah, ada stadion dalam dan stadion luar. Lebih dari itu, stadion ini adalah saksi bisu perjalanan panjang Kota Malang dari masa ke masa,” ungkap Wahyu Hidayat.

Baginya, semangat juang para atlet, gemuruh sorak-sorai penonton, dan momen-momen bersejarah lainnya telah terukir di setiap sudut Stadion Gajayana. “Untuk itu, saya mengapresiasi dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya karena Buku Spektrum Satu Abad Stadion Gajayana Malang ini juga sebagai kado HUT ke 110 Kota Malang tercinta,” lanjutnya.

Selain meluncurkan buku Satu Abad Stadion Gajayana, Pj. Walikota Malang juga meluncurkan buku Spektrum Anak-Anak Kota Malang.

Disiarkan oleh kompasiana, peluncuran buku Spektrum Anak-anak Kota Malang ini bertujuan untuk memperkenalkan khasanah seni dan budaya anak-anak Kota Malang, yang dalam buku ini ditampilkan melalui karya seni oleh anak-anak berbakat dari Kota Malang.

Dalam buku ini juga terdapat ragam cerita-cerita dari anak-anak Kota Malang yang menampilkan ide-ide cemerlang mereka. Sehingga harapannya dapat dijadikan sebagai referensi dan sumber inspirasi bagi anak-anak lainnya untuk terus berkarya dan terus mengembangkan bakatnya di bidang seni dan budaya.

Peluncuran dua buku ini, diberitakan oleh seru.co.id, merupakan bentuk komitmen pemerintah dan seluruh stakeholder yang terlibat untuk menuju Kota Malang menjadi kota kreatif dunia.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Komite Ekonomi Kreatif Malang, Vicky Arif, “Saya berharap positif untuk penguatan literasi di Kota Malang. Fasilitas Pemkot Malang lewat MCC selama 14 bulan ini telah menyelenggarakan 4.300 even. Pemerintah memberi masyarakat kail bukan ikan sehingga kita juga harus gotong royong menuju kota kreatif UNESCO,” harapnya.

Pj Wali Kota Malang berikan piagam penghargaan kepada sastrawan dan penggerak sastra – Foto oleh Afi via seru.co.id

Acara ini juga turut serta sebagai momen memberikan penghargaan kepada para sastrawan anak, diantaranya adalah Dr. Ari Ambarwati, M.Pd., sebagai pemerhati sastra anak, Dwianto Setiawan, sebagai penulis novel dan sastra anak tahun 1980 sampai 2000, dan Anita eFN Sunardi, sebagai penulis sastra anak era kekinian.

Sumber:
seru.co.id
surabayapost.id
jatimsatunews.com
siarindomedia.com
kompasiana.com
malangposcomedia.id

Exit mobile version