Indiekraf.com – Perusahaan berbasis ride-hailing and payment, Gojek, saat ini sedang dalam diskusi untuk melakukan merger dengan e-commerce lokal PT Tokopedia. Hal ini dilakukan menjelang penawaran yang direncanakan dari entitas gabungan menurut beberapa sumber. Beneran gak, ya?
Dua perusahaan raksasa ini dikabarkan telah menandatangani lembar persyaratan terperinci untuk adanya uji pada bisnis masing-masing. Dikutip dari Bloomberg, ada sumber yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa ada diskusi yang bersifat pribadi mengenai hal ini. Sumber tersebut juga menyebutkan adanya potensi sinergi dan digadang kedua perusahaan tersebut akan membuat kesepakatan dalam beberapa bulan mendatang.
Baca Juga Asian Development Bank Gandeng Gojek Teliti Dampak Pandemi Terhadap UMKM
Adanya penggabungan dua perusahaan ini bisa menciptakan internet powerhouse di Tanah Air dengan nilai gabungan senilai lebih dari $18 miliar. Adanya pertimbangan penggabungan antara Gojek dan Tokopedia ini sudah terlihat sejak tahun 2018 silam. Namun diskusi ini dipercepat setelah adanya pembicaraan mengenai kesepakatan antara Gojek dengan Grab yang kini sedang ‘macet’.
Anthony Tan sebagai CEO Grab dikabarkan menolak tekanan dari Mayoshi Son selaku pihak dari SoftBank Group Corp. Penolakan tersebut mengacu pada penyerahan sebagian kendali dalam entitas gabungan antara Grab dan Gojek. Setelah itu, Mayoshi kini mendukung penuh rencana merger antara Gojek dan Tokopedia. Kedua perusahaan ini pun sudah memiliki investor yang sama
Baca Juga Apa Kabar Merger Grab dan Gojek, Jadi Gak Ya?
Top Abis! Tokopedia Jadi Tempat Kerja Terbaik di Asia
Penggabungan antara Gojek dan Tokopedia tentu akan mendominasi di Indonesia. Hal ini lantaran mereka bisa menjadi salah satu ekonomi internet dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Kesepakatan antara keduanya mungkin akan dihadapkan pada oposisi regulasi yang lebih sedikit daripada kesepakatan yang sebelumnya sedang dipertimbangkan. Kombinasi Grab dan Gojek yang sebelumnya ramai diperbincangkan juga berpotensi akan mengurangi persaingan dalam ride-hailing, pengiriman, dan pembayaran digital di Asia Tenggara. Dikutip dari Bloomberg, pihaknya mengatakan “Kami belum memutuskan pasar dan metode mana, dan masih mempertimbangkan opsi,”. Pernyataan tersebut disebutkan pada 16 Desember 2020 lalu.