Selamat Datang di Indiekraf Media - Kunjungi Juga Studio Kami untuk Berkolaborasi lebih Keren :)

Menuju Indiekraf Studio
Digital KreatifInsightMbois Media

Masa Depan Blockchain: Inovasi Teknologi atau Cuma Jadi Tren Sesaat Aja?

Artikel ditulis oleh: Izra Putri Wayusra

Indiekraf.com – Buat kamu yang suka ngikutin berita ekonomi, startup, dan teknologi, pasti udah nggak asing lagi dengan istilah Blockchain. Teknologi ini lagi banyak dipakai di berbagai industri, beberapa perusahaan sukses mengadopsinya, sementara yang lain justru gagal total. Apakah inovasi teknologi Blockchain benar-benar membawa revolusi digital atau cuma jadi tren sesaat aja, ya? Nah, biar nggak cuma ikut-ikutan hype, yuk kita kupas tuntas di artikel ini! 

Apa Itu Blockchain? 

Blockchain adalah teknologi penyimpanan data yang mirip buku kas digital super canggih. Bedanya, semua catatan dibuat dan diverifikasi bersama oleh banyak komputer dalam satu jaringan, jadi lebih transparan dan sulit dimanipulasi. Setiap kali ada transaksi atau perubahan data, informasi itu akan dicatat dalam sebuah “blok”. Blok-blok ini kemudian dirangkai menjadi rantai (chain), sehingga terbentuklah blockchain.

Teknologi ini memungkinkan data tersimpan dengan aman dan transparan dalam jaringan bisnis. Setiap transaksi harus disepakati oleh semua anggota jaringan sebelum bisa dicatat, jadi nggak bisa sembarangan diubah atau dihapus tanpa persetujuan bersama. Hal ini bikin blockchain jadi sistem yang sangat sulit dimanipulasi.

Simpelnya gini nih, bayangin kamu punya sebuah buku kas yang dicatat bersama semua teman di kelas. Setiap kali ada transaksi, misalnya kamu minjem uang ke teman atau beli jajan bareng, semua orang langsung mencatatnya di buku kas yang sama. Bedanya, buku kas ini nggak bisa dihapus atau diubah seenaknya. Jadi, kalau ada yang mau curang atau mengubah catatan, pasti langsung ketahuan karena semua orang punya salinan yang sama. Nah, itulah konsep dasar blockchain!

Blockchain bisa dibilang sebagai buku kas digital yang transparan dan nggak bisa diutak-atik. Setiap transaksi yang terjadi harus diverifikasi dulu oleh banyak komputer dalam jaringan sebelum dianggap sah. Ini bikin transaksi lebih aman, minim risiko manipulasi, dan lebih dipercaya banyak pihak. Makanya, teknologi ini sekarang dipakai di berbagai industri, mulai dari keuangan, kesehatan, sampai logistik. Jadi, kalau ada yang bilang blockchain itu sekadar tren, coba dipikir-pikir lagi ya.

Dari Bitcoin ke NFT: Blockchain Itu Apa Aja, Sih?

Melansir dari aws.amazom.com, Blockchain pertama kali diperkenalkan pada tahun 1991 oleh Stuart Haber dan W. Scott Stornetta. Mereka menciptakan sistem timestamp untuk dokumen digital agar tidak bisa diubah, menggunakan pohon Merkle untuk efisiensi penyimpanan data. Teknologi ini kemudian berkembang pesat pada tahun 2008, ketika Satoshi Nakamoto memperkenalkan Bitcoin. Blockchain Bitcoin memungkinkan pencatatan transaksi secara aman dan terdesentralisasi dalam blok. Hingga kini, konsep ini masih menjadi dasar utama bagi berbagai inovasi di dunia blockchain.

Sumber ilustrasi: Freepik

Tapi sekarang, blockchain bukan cuma soal Bitcoin lagi! Teknologi ini berkembang pesat dan melahirkan berbagai inovasi keren seperti smart contract, (Non-Fungible Token) NFT, dan Decentralized Finance (DeFi).

Smart Contract

Bayangin kamu punya kontrak atau perjanjian, tapi nggak perlu lagi tanda tangan manual atau perantara seperti notaris. Nah, smart contract adalah program komputer yang otomatis menjalankan perjanjian begitu syaratnya terpenuhi. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh ilmuwan komputer Nick Szabo pada 1994, tapi baru benar-benar bisa digunakan secara luas setelah munculnya Ethereum pada 2015. Dengan smart contract, transaksi bisa berjalan otomatis, cepat, dan lebih aman tanpa campur tangan pihak ketiga!

NFT 

Kalau kamu pernah dengar tentang aset digital yang dijual dengan harga fantastis, itu mungkin NFT! Singkatnya, NFT adalah aset digital unik yang membuktikan kepemilikan sesuatu, misalnya karya seni digital, musik, atau item dalam game. Berbeda dengan Bitcoin yang bisa ditukar dengan Bitcoin lainnya (karena nilainya sama), NFT ini unik dan nggak bisa ditukar dengan NFT lain. Teknologi blockchain bikin NFT nggak bisa dipalsukan, jadi siapa pun bisa memastikan keaslian dan kepemilikannya.

Decentralized Finance (DeFi)

DeFi adalah dunia keuangan yang jalan tanpa perantara, misalnya tanpa bank atau lembaga keuangan tradisional. Lewat DeFi, kamu bisa ngelakuin berbagai transaksi seperti pinjam-meminjam uang, investasi, atau jual beli aset secara langsung di blockchain. Hal ini membuat akses ke layanan keuangan jadi lebih luas dan transparan, karena siapa aja yang punya internet bisa ikut tanpa perlu rekening bank.

Perkembangan ini menunjukkan kalau blockchain bukan sekadar tren atau cuma buat Bitcoin doang. Teknologi ini sudah membuka banyak peluang baru di dunia digital dan masih terus berkembang. Siapa tahu, ke depan ada inovasi lain yang lebih canggih lagi! 

Baca Juga:

Blockchain di Dunia Nyata: Udah Dipakai di Mana Aja?

Blockchain sudah jadi topik panas dalam beberapa tahun terakhir. Sebagian orang bilang ini revolusi digital, sementara yang lain menganggapnya cuma tren yang bakal redup. Tapi sebenarnya, teknologi ini sudah dipakai di berbagai industri, lho! Yuk, kita bahas di mana aja blockchain diterapkan dan gimana hasilnya.

Perbankan & KeuanganJ.P. Morgan

J.P. Morgan menggunakan teknologi blockchain melalui platform Kinexys untuk mentransformasi cara transfer uang, aset, dan informasi keuangan. Platform ini memungkinkan investasi yang ditokenisasi dan pembayaran lintas batas yang lebih cepat.

Sumber foto: ledgerinsights.com

LogistikMaersk

Maersk, perusahaan pelayaran terbesar di dunia, bekerja sama dengan IBM untuk mengembangkan TradeLens, sebuah platform berbasis blockchain yang melacak pengiriman barang secara real-time. Dengan teknologi ini, mereka bisa mengurangi dokumen fisik dan meningkatkan transparansi dalam rantai pasokan.

KesehatanRekam Medis Digital

Blockchain juga mulai digunakan dalam dunia kesehatan untuk menyimpan data pasien dengan lebih aman dan transparan. Karena sistemnya nggak bisa diubah sembarangan, data rekam medis jadi lebih terlindungi dari kebocoran atau manipulasi. Misalnya, MediBloc, sebuah platform berbasis blockchain, memungkinkan pasien punya kendali penuh atas data medis mereka dan bisa membagikannya dengan dokter atau rumah sakit sesuai kebutuhan. Lalu ada juga BurstIQ, yang menggunakan blockchain untuk mengelola dan mengamankan data kesehatan dengan tetap mematuhi regulasi yang ada. 

Game & NFTAvalanche

Avalanche adalah salah satu platform blockchain yang banyak dipakai buat game, NFT, dan keuangan terdesentralisasi (DeFi). Dengan kecepatan transaksi tinggi, lebih dari 500 aplikasi sudah dibangun di atas Avalanche sejak 2020.

Tetapi, penerapan teknologi ini pun ada juga yang mengalami tantangan. Berikut beberapa proyek blockchain yang mengalami tantangan.

TRON (TRX)

TRON awalnya digadang-gadang bakal merevolusi industri konten digital dengan menjadi perantara seperti YouTube dan Facebook. Tapi, kenyataannya proyek ini kesulitan menarik perhatian investor. Ada beberapa alasan nih pertama, di awal peluncurannya, TRON sempat kena tuduhan plagiarisme yang bikin banyak orang ragu. Kedua, persaingan di dunia blockchain super ketat, jadi TRON harus bersaing sama proyek lain yang nggak kalah inovatif. Ketiga, inovasi yang ditawarkan TRON dianggap kurang fresh dibanding pesaingnya.

TRON (TRX) – Sumber gambar: Pintu

Ditambah lagi, Justin Sun, sering banget terlibat kontroversi yang bikin investor makin mikir dua kali buat masuk ke proyek ini. Jadi, meskipun idenya keren, TRON belum bisa membuktikan diri sebagai game changer di dunia blockchain.  

Meme Coin

Meme coin sering banget naik daun gara-gara tren viral dan hype di media sosial, tapi sayangnya, kebanyakan nggak punya nilai jangka panjang. Banyak dari koin ini cuma numpang viral tanpa ada proyek atau teknologi solid di belakangnya. Bahkan, penelitian terbaru nunjukin kalau lebih dari 76% meme coin yang didukung influencer akhirnya gagal memenuhi harapan investor. Jadi, meskipun keliatan seru dan nge-hype, investasi di meme coin tetap harus hati-hati biar nggak terjebak di proyek yang cuma sekadar sensasi.

Kendala dan Tantangan: Kenapa Teknologi Ini Belum Dipakai Semua Orang?

Blockchain aman, transparan, dan efisien buat transaksi digital. Tapi, kalau memang sehebat itu, kenapa belum semua orang atau bisnis menggunakannya? Nah, ternyata ada beberapa tantangan besar yang bikin adopsi teknologi ini belum masif. Yuk, kita bahas!

Masalah Regulasi
Aturan yang belum jelas jadi salah satu penghambat utama. Banyak negara masih bingung soal bagaimana cara mengatur blockchain dan kripto. Di Indonesia sendiri, meskipun ada beberapa inisiatif, regulasinya masih belum sepenuhnya jelas. Akibatnya, banyak bisnis dan individu yang ragu buat terjun ke dunia blockchain karena takut ada aturan baru yang tiba-tiba berubah.

Biaya Energi yang Tinggi
Beberapa jenis blockchain, terutama yang pakai sistem Proof of Work (PoW) seperti Bitcoin, butuh energi yang luar biasa besar. Proses verifikasi transaksi Bitcoin, misalnya, harus mencoba 450 ribu triliun solusi per detik! Kebayang kan berapa banyak listrik yang dipakai? Ini jadi tantangan besar karena selain boros energi, dampaknya ke lingkungan juga nggak bisa diabaikan. 

Skalabilitas dan Keterbatasan Infrastruktur
Blockchain itu bekerja dengan sistem desentralisasi, jadi setiap transaksi harus diverifikasi oleh banyak komputer di dalam jaringan sebelum dianggap sah. Ini bikin prosesnya lebih lama dibanding sistem terpusat kayak perbankan tradisional. Selain itu, di beberapa daerah yang koneksi internetnya masih belum stabil, penggunaan blockchain bisa jadi nggak efektif. 

Kurangnya Pemahaman dan Kesadaran
Banyak orang masih bingung dengan konsep blockchain. Mereka mungkin pernah dengar tentang Bitcoin atau NFT, tapi nggak benar-benar paham gimana cara kerjanya atau manfaatnya di luar dunia kripto. Tanpa edukasi yang cukup, adopsi teknologi ini bakal lebih lambat. 

Biaya Implementasi yang Tinggi
Meskipun blockchain bisa bikin sistem lebih efisien dalam jangka panjang, biaya awal untuk membangun infrastruktur blockchain itu mahal banget! Mulai dari perangkat keras, perangkat lunak, sampai pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM)-nya, semuanya butuh investasi besar. Ini jadi penghalang buat banyak perusahaan yang masih mempertimbangkan apakah blockchain benar-benar worth it untuk bisnis mereka. 

Untuk bisa lebih luas digunakan, blockchain butuh dukungan dari berbagai pihak baik dari pemerintah, industri, dan komunitas teknologi. Regulasi harus lebih jelas, teknologi harus lebih hemat energi, dan tentu saja, edukasi tentang blockchain harus lebih masif biar makin banyak orang yang paham manfaatnya. Kalau semua tantangan ini bisa diatasi, bukan nggak mungkin blockchain bakal jadi teknologi standar di masa depan! 

Jadi, Blockchain Itu Masa Depan atau Cuma Tren Sesaat?

Blockchain bukan cuma sekadar tren, tapi juga teknologi dengan potensi besar untuk merevolusi berbagai industri. Memang, masih ada banyak tantangan, mulai dari regulasi yang belum jelas, biaya energi tinggi, sampai kurangnya pemahaman di masyarakat. Tapi kalau tantangan ini bisa diatasi, blockchain bisa jadi solusi masa depan yang bikin transaksi lebih aman, transparan, dan efisien.

Jadi, apakah blockchain akan bertahan lama atau cuma hype sesaat? Jawabannya ada di bagaimana teknologi ini berkembang dan diadopsi ke depannya. Kalau inovasinya terus berjalan dan manfaatnya makin jelas buat banyak orang, bukan nggak mungkin blockchain bakal jadi bagian penting dalam kehidupan digital kita! 

Baca Juga:

Show More

Related Articles

Back to top button