Indiekraf.com – Indonesia kaya akan kuliner tradisional termasuk dengan jajanan pasarnya yang beraneka ragam. Dadar gulung menjadi salah satu kue tradisional yang mudah ditemui hingga kini. Jajanan yang termasuk kue basah ini kabarnya merupakan pancake versi Indonesia, lho! Simak artikel ini lebih lanjut untuk tahu asal-usulnya!
Dadar gulung itu apa?
Dadar gulung merupakan salah satu jajanan tradisional yang terbuat dari adonan tepung beras, santan kelapa, dan gula. Kuliner ini memiliki isian yang terbuat dari parutan kelapa dan gula merah. Kulitnya biasanya berwarna hijau, akibat dari pewarna alami dari daun suji atau pandan. Bentuk dari dadar gulung mirip dengan risol, memanjang agak membulat dan mengandung isian. Cita rasanya cenderung manis dengan tekstur yang lembut dan agak kenyal.
Kue basah ini mudah ditemui di pasar maupun toko kue basah di pinggir jalan dan cocok disajikan sebagai kudapan, makanan penutup, maupun sajian saat ada tamu dan acara. Cara pembuatannya secara garis besar adalah dengan membuat adonan seperti bentuk telur dadar, lalu diberikan isian dan kemudian digulung, dari sinilah kenapa hidangan ini dinamakan dadar gulung.
Asal usul dadar gulung
Asal-usul dadar gulung tidak sepenuhnya diketahui pasti dari mana, tetapi beberapa sumber menyatakan bahwa kuliner ini berasal dari Jawa atau Sumatera. Ada juga yang menyebutkan bahwa kudapan ini awalnya berasal dari Romawi.
Kabarnya, dadar gulung terinspirasi dari hidangan pancake yang berasal dari Romawi. Pancake merupakan makanan yang populer di Eropa sejak tahun 1430 M. Dalam perkembangannya, kuliner pancake diadopsi oleh negara lain dengan penyebutan yang berbeda-beda. Seperti di Jerman dinamakan pfannkuchen, di Perancis dinamakan Crepes, dan di Amerika dinamakan Nohehick.
Perkembangannya di Indonesia sendiri berkaitan dengan era kependudukan Belanda, yang pada masa itu banyak warga lokal terinspirasi dari makanan tradisional Belanda yang dinamakan pannenkoeken (pancake). Bedanya dengan pannenkoeken yang terbuat dari tepung terigu, telur, dan susu, warga pribumi di masa itu mengganti bahan-bahan pancake Belanda yang sulit ditemui dengan tepung beras, kelapa parut, dan gula merah.
Variasi dadar gulung
Di masa kini, dadar gulung tidak hanya berwarna hijau dan berisi parutan kelapa dan gula merah saja. Dalam perkembangannya, ia kini memiliki beragam warna dan isian yang bervariasi, seperti cokelat, keju, pisang, maupun vla. Selain itu terdapat juga versi dari wilayah lain, seperti dari Singapura, Brunei, dan Malaysia.
Di Malaysia, kue ini disebut sebagai “Kuih Ketayap” atau “Kuih Lenggang”. Bedanya dengan dadar gulung di Indonesia, kuih ketayap menggunakan tepung beras, santan, garam, dan pewarna hijau pandan sebagai adonannya, sedangkan kuih lenggang menggunakan tepung beras, santan, garam, dan telur sebagai adonan. Keduanya sama memiliki parutan kelapa dan gula merah sebagai isiannya.
Jadi camilan tradisional yang enak dan kaya budaya
Dadar gulung bukan hanya sekadar jajanan pasar biasa, ia merupakan cerminan dari kekayaan budaya kuliner Indonesia yang berkembang dari masa ke masa. Walaupun awalnya terinspirasi dari kuliner asing, jajanan ini tetap menjadi camilan yang enak dengan adaptasi lokal menggunakan bahan-bahan tradisional.
Kuliner ini menjadi salah satu bukti bahwa makanan Indonesia dapat menjadi fleksibel dalam menyerap pengaruh luar dengan masih mempertahankan ciri khas lokalnya. Apalagi dengan variasi dan inovasi yang semakin berkembang mengikuti zaman, kuliner ini tetap bisa menjadi kuliner yang relevan untuk bisa terus dinikmati sebagai bagian dari kekayaan kuliner Indonesia.
Sumber:
VOI, Bake, Kompasiana, Budaya Indonesia
Baca juga:
Dukung Industri Kreatif Fesyen, D’Gunung Angkringan Gelar ISFFEST
Gelar Jagongan, STASION Perkuat Jaringan Startup di Malang
Jahili Temanmu Lewat Dadoo – The Next Level dari Game Ular Tangga
Kukuhkan Komite Ekonomi Kreatif Kota Malang Tahun 2024, PJ Walikota : Malang Siap Menuju Kota Kreatif Dunia 2025 !