Indiekraf.com – Walaupun tidak setenar kesenian lainnya seperti musik maupun film, teater musikal di Indonesia memiliki eksistensi yang tidak bisa diremehkan. Apalagi di beberapa tahun terakhir, kesenian ini telah mendapatkan cukup atensi dari masyarakat. Sebelum melangkah lebih jauh, yuk kenalan dulu dengan teater musikal!
Teater Musikal Itu Apa?
Melansir dari berbagai sumber, teater musikal termasuk ke dalam seni pertunjukan. Kesenian ini merupakan gabungan dari dialog drama, tarian, dan lagu untuk menyampaikan sebuah cerita. Biasanya kesenian ini dilaksanakan di atas panggung dengan berbagai properti pendukung. Di Indonesia, teater musikal sudah cukup populer dikenal sejak lama dan umumnya menampilkan cerita rakyat seperti Ken Arok, Bawang Merah & Bawang Putih, Sangkuriang, dan lainnya.
Perkembangan Teater Musikal di Indonesia
Dilaporkan dari berbagai sumber, tidak diketahui secara pasti kapan teater musikal mulai tumbuh dan berkembang di Indonesia. Namun, beberapa sumber menyatakan bahwa mulanya seni pertunjukan ini ada di Indonesia pada tahun 1950-an. Di masa itu, terdapat drama berjudul ‘Bintang Surabaja’, yang menjadi salah satu pelopor hadirnya teater musikal di Indonesia.
Dari situ, kemudian teater musikal menjadi hiburan yang cukup dinantikan oleh masyarakat. Sehingga pada tahun 1970-an, drama-drama baru yang serupa mulai bermunculan. Contohnya adalah karya-karya dari Teguh Karya yang berjudul Cinta Pertama dan Badai Pasti Berlalu.
Ada sumber lain yang menyatakan bahwa sejarah teater musikal di Indonesia ada sejak tahun 1970-an. Saat itu Remy Sylando, seorang penulis sekaligus penulis naskah drama senior, membuat geger dunia kesenian akibat dari karyanya yang berjudul Orexas di majalah Aktuil. Orexas adalah album musik darinya yang dirilis pada tahun 1978. Album ini meraih popularitas pada masanya dan sempat dipentaskan di Bandung.
Lebih lanjut, seorang penyanyi bernama Harry Roesly membuat album rock musikal berjudul Ken Arok: Rock Opera dan melibatkan Didi Petet pada proses produksinya. Tahun-tahun 70-an ini adalah era dimana operet (bentuk opera ringan, serta grup vokal dengan elemen lokal) mulai muncul dan populer di kalangan siswa sekolah Indonesia. Biasanya operet ditampilkan di acara-acara peringatan di sekolah.
Selanjutnya pada tahun 1978, Guruh Soekarnoputra bersama rombongannya membentuk produksi yang dinamakan Swara Mahardika. Produksi ini menampilkan kabaret yang menjadikan beberapa lagu pendek, seperti Ali Topan Anak Jalanan sebagai adegan.
Di tahun 2000-an, teater musikal semakin terdengar gaungnya. Tumakaka sempat menampilkan 2-3 broadway melalui Tim Jakarta Broadway sebelum bubar. Penampilan teater musikal juga muncul atas adaptasi dari film maupun novel.
Contohnya adalah Musikal Laskar Pelangi (2010) yang diadaptasi dari novel best seller Laskar Pelangi, Musikal Petualangan Sherina (2017) yang diadaptasi dari film komedi musikal Petualangan Sherina (2000), Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2021) diadaptasi dari novel Eka Kurniawan dengan judul serupa (2014), dan Musikal Keluarga Cemara (2024) diadaptasi dari cerita bersambung Keluarga Cemara (1996-2003).
Di tahun 2010, Joko Anwar juga menyutradarai ONROP! Musikal!, sebuah komedi satir tentang kekuatan cinta. Meskipun perkembangan teater musikal di Indonesia tampak meraih popularitas pada masanya, sayangnya gema kesenian ini masih perlu membangun pasarnya hingga kini.
Merangkum dari TFR, sebagian besar produksi musik teater Indonesia gagal menghasilkan keuntungan karena kru dan penonton yang tidak selalu pasti. Hal tersebut membuat musik teater Indonesia belum menjadi industri yang konsisten.
Daftar Teater Indonesia
Terdapat beberapa teater yang telah legendaris ada di Indonesia, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut: Teater Koma (sejak 1977), Teater Gandrik (sejak 1983), Bengkel Teater Rendra (sejak 1961 & 1986), Teater Populer (dari Teguh Karya), Teater Kecil (dari Arifin C. Noer), dan Teater Mandiri (dari Putu Wijaya).
Di Malang sendiri, seni teater juga memiliki eksistensi. Biasanya kelompok-kelompok ini eksis di instansi pendidikan dalam bentuk organisasi kampus maupun komunitas-komunitas. Beberapa contohnya adalah Teater Hampa, Teater Pelangi, Teater Ideot, dan Teater Lingkar.
Sebagai salah satu subsektor industri kreatif, seni pertunjukan ini termasuk unik karena menawarkan pengalaman sekaligus dari perpaduan antara drama, tarian, dan musik yang harmonis. Walaupun masih memiliki tantangannya tersendiri, kehadiran teater musikal di Indonesia tetap menjadi bagian penting dari perkembangan seni budaya di Indonesia. Dengan keunikan dan potensinya, teater musikal perlu terus didukung agar dapat tumbuh dan berkontribusi bagi industri kreatif lokal.
Sumber: suara, tfr, kemenparekraf, jayakartanews, pophariini, narasi, detik