Indiekraf.com – Kebutuhan talenta yang ahli dalam bidang UX semakin dibutuhkan di era serba digital seperti sekarang. Perusahaan kerap membutuhkan mereka untuk membuat sebuah produk yang sesuai dengan keinginan masyarakat. User Experience (UX) adalah sebuah proses yang menggabungkan berbagai experience (pengalaman) yang dirasakan oleh para pengguna.
Melihat hal tersebut, DILo Malang berkolaborasi bersama komunitas IxDA Malang menggelar event CangkrUXan #15 dengan tema “Delivering Delightful Customer Experience in E-Commerce”. Acara yang diselenggarakan secara daring tersebut menghadirkan Warren Widjaja, Associate UX Designer Lead at Blibli.com sebagai pemateri.
Baca juga 5 Rekomendasi Buku Untuk UX Designer & UX Researcher
Dalam paparanya, perusahaan Blibli memiliki berbagai macam tim dengan background kemampuan yang berbeda untuk membuat sebuah produk yang sesuai dengan keinginan user. Adapun tim yang mereka miliki antara lain adalah UX Researcher, UX Designer, UI Designer, UX Copywriter, dan UX Engineer. Semuanya memiliki porsi tugas yang berbeda, namun tetap saling bekerjasama.
“Design goals should always be aligned with the business goal,” Didier Hillhorst, Director of Design at Uber.
Warren mengatakan bahwa selama ini masih banyak para pelaku UX (researcher, designer, copywriter, dll) yang hanya memikirkan tentang pengalaman para pengguna produk, namun lupa memikirkan mengenai ‘bisnis’. “Kita juga harus mementingkan dari segi bisnis juga, tidak hanya memikirkan tentang user,” ujarnya.
Baca juga NgeDILo x IxDA Malang: Proses Riset UX Research Pada Perusahaan B2B
Bisa dibilang semua perusahaan membutuhkan seorang yang ahli dalam bidang UX, tak terkecuali perusahaan di bidang hiburan seperti Disneyland. Warren mencontohkan bahwa Disneyland adalah salah satu contoh perusahaan yang sempat merugi akibat tidak memperhatikan ‘user experience’ dari para penggemarnya. Meskipun di Amerika mereka memiliki kesuksesan besar, namun Disneyland harus merugi sekitar 1 Juta Dollar perhari selama 2 tahun ketika melakukan ekspansi ke Eropa.
Salah satu alasanya adalah pihak Disneyland belum mengetahui jika kebiasaan (experience) masyarakat Amerika dan Eropa sangatlah berbeda. Contohnya adalah orang Amerika kerap menginap selama 4 hari untuk menikmati hiburan yang ada di Disneyland. Namun, orang Eropa ternyata hanya butuh 2 hari. Sehingga, hotel mereka kerap kosong dan merugi.
Penulis: Achmad Faridul Himam