Indiekraf.com – Tahukah kamu bahwa tumpeng bukan hanya sekadar hidangan tradisional, tetapi juga memiliki makna yang mendalam? Hidangan ini juga tidak dibuat sembarangan, melainkan mengandung filosofi penuh makna di setiap elemennya. Yuk, simak lebih lanjut tentang makna dari tumpeng dalam artikel ini!
Sejarah dan asal-usul tumpeng
Tumpeng merupakan salah satu hidangan tradisional yang kerap kali disajikan pada saat merayakan hari spesial. Biasanya tumpeng disajikan dengan nasi dalam bentuk kerucut dan dikelilingi oleh lauk pauk dan sayuran.
Usut punya usut nama hidangan ini sebenarnya merupakan singkatan dari yen metu kudu sing mempeng, yang berarti jika keluar harus dengan sungguh-sungguh. Maknanya, saat melakukan sesuatu hal sebaiknya dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh dedikasi serta usaha.
Melansir dari berbagai sumber, hidangan tumpeng awalnya merupakan sebuah tradisi yang dilakukan untuk memuliakan gunung-gunung yang dianggap sebagai tempat bersemayamnya para Hyang atau arwah leluhur. Bentuknya yang mengerucut tersebut sengaja dibuat seperti bentuk Gunung Mahameru yang dianggap sebagai tempat suci bersemayamnya para dewi.
Namun, seiring berkembangnya zaman, makna tumpeng bergeser menjadi wujud syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kadangkala tumpeng disajikan selepas acara pengajian atau acara spesial lainnya, lalu dibagikan dan dimakan bersama-sama.
Punya makna penuh filosofis
Umumnya, tumpeng dianggap memiliki makna yang lekat dengan nilai toleransi, keikhlasan, kebesaran jiwa, dan kekaguman atas kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Bentuk tumpeng yang mengerucut dan dikelilingi lauk pauk merupakan gambaran simbol ekosistem kehidupan.
Jika diperhatikan, nasi dalam hidangan tumpeng dibentuk kerucut sebagai simbol keagungan Tuhan Sang Maha Pencipta. Sedangkan lauk pauk yang mengelilinginya menjadi simbol isi alam.
Melansir dari Jawa Pos, lauk pauk yang dihidangkan dalam sajian tumpeng biasanya ada 7 jenis lauk. Ketujuh lauk ini memiliki maknanya tersendiri, lho. Simak sini dulu, yuk!
Nasi
Nasi dalam hidangan tumpeng biasanya disajikan berwarna kuning yang bermakna rezeki dan kemakmuran, dan/atau nasi warna putih yang menggambarkan kebersihan. Nasi putih yang disajikan dalam tumpeng merupakan gambaran bahwa makanan yang dikonsumsi sebaiknya berasal dari sumber yang halal dan bersih.
Ayam
Jenis ayam yang biasa digunakan dalam sajian tumpeng adalah ayam jantan atau ayam jago. Pilihan ini bermakna untuk menghindari sifat-sifat negatif yang sering dikaitkan dengan ayam jago, seperti kesombongan, congkak, suka menyela saat orang berbicara, dan merasa benar sendiri.
Ikan lele
Selain ayam, tumpeng juga menggunakan ikan lele sebagai lauk. Ikan lele ini menggambarkan ketabahan dan ketekunan dalam kehidupan. Alasannya karena lele dianggap mampu bertahan hidup di dasar sungai dan air yang tidak mengalir. Walaupun begitu, di masa kini masyarakat ada juga yang menggunakan ikan selain lele sebagai ganti lauk dengan alasan estetika.
Ikan teri
Ikan teri bermakna sebagai pesan tentang nilai kebersamaan dan kerukunan, karena ikan teri selalu hidup dalam berkelompok di dalam laut.
Telur
Telur menjadi simbol bahwa setiap tindakan perlu direncanakan sebelumnya (melalui pengupasan telur), dilaksanakan sesuai rencana, dan dievaluasi untuk mencapai hasil yang optimal.
Sayur urap
Urap mengandung sayur mayur dan dibumbui dengan bumbu urap yang terbuat dari parutan kelapa. Tiap sayur yang digunakan mengandung makna masing-masing, seperti sayur kangkung yang melambangkan perlindungan, bayam melambangkan kedamaian serta ketentraman, dan tauge yang melambangkan pertumbuhan.
Selain itu juga terdapat kacang panjang yang bermakna berpikir jauh ke depan, bawang merah juga melambangkan pertimbangan yang matang terhadap segala hal baik ataupun buruk.
Bumbu urap sendiri memiliki makna menyokong atau menafkahi keluarga, ini diambil dari arti kata urap yang diambil dari Bahasa Jawa yaitu “urip”.
Cabai merah
Di ujung nasi atau pinggir hidangan pada tumpeng biasanya ditaruh hiasan dari cabai merah yang sudah dibentuk menyerupai kelopak bunga, hal ini menyimbolkan sebagai api yang memberikan cahaya, sehingga berguna bagi orang lain.
Kapan tumpeng biasanya disajikan?
Biasanya tumpeng disajikan saat ada perayaan upacara adat suku Jawa, Madura, Sunda, dan Bali. Upacara adat tersebut biasanya berkaitan dengan daur kehidupan seseorang, seperti kehamilan, perkawinan, hingga kematian.
Seiring berjalannya waktu, tumpeng tidak hanya disajikan saat upacara adat saja, melainkan juga dalam acara syukuran, seperti peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ataupun saat kegiatan formal dan non formal lainnya.
Ragam tumpeng di Indonesia
Ada beragam tumpeng yang ada di Indonesia, beberapa contohnya adalah tumpeng pungkur (disajikan saat acara kematian), tumpeng megana (disajikan saat acara kelahiran), tumpeng robyong (disajikan saat acara besar, seperti musim panen, meminta hujan, hingga mengusir penyakit), tumpeng kendit (melambangkan telah bebas dari kesulitan), dan tumpeng tumbuk (disajikan saat acara ulang tahun).
Selain itu, ada juga tumpeng yang berisi jajanan pasar seperti lupis, cenil, tiwul, dan lainnya. Ada juga tumpeng pala pendem yang berisi umbi-umbian. Kedua jenis tumpeng yang ini juga memiliki maknanya sendiri.
Walaupun tumpeng sudah ada sejak zaman dahulu, kehadirannya masih tetap relevan dan penuh makna hingga saat ini sebagai simbol tradisi dan budaya. Dalam penyajiannya, tumpeng tidak hanya sekadar menjadi hidangan saja, tetapi juga menjadi pengingat akan filosofi hidup, rasa syukur, dan kebersamaan.