Indiekraf.com – Bali memang sebuah tempat yang memiliki daya tarik tak terbatas. Selalu ada saja di Bali yang bisa wisatawan kunjungi dan nikmati. Mulai dari suasana yang santai, kuliner yang mantap dan tentunya seni yang selalu menarik. Salah satu karya seni yang ada di Bali adalah milik Eko Nugroho.
Karya ini terbilang unik karena ukurannya yang besar dan dibuat dari bahan yang tak biasa. Ukuran dari instalasi seni ini sebesar 10 x 7 meter dan terbuat dari 300 kilogram limbah atau sampah. Karya ini terpasang di sisi bagian depan Colosseum Potato Head Beach Club, Bali. Tentunya karya ini menjadi daya tarik ikonik dan ramai dinikmati pengunjung. Potato Head Family sendiri mengusung filosofi dengan memperhatikan isu lingkungan di Indonesia.
Karya ini dibuat dengan berbagai ornamen. Di bagian luar bangunannya sendiri terbuat dari ribuan jendela kayu jati yang antik dan telah dikumpulkan dari seluruh penjuru Tanah Air. Hal ini juga menjadi salah satu contoh dari pendaur ulangan dan transformasi material sehari-hari untuk bisa dijadikan karya seni yang aesthetic.
Baca Juga UMM Angkat Potensi Kopi Malang Selatan dengan Tim Pengabdian
Eko Nugroho sendiri merupakan seniman yang terkenal lewat karya-karya muralnya. Ia mengatakan pada media bahwa dirinya selalu mencari cara baru untuk bisa mengekspresikan kreativitasnya dan tentunya menghubungkan karya miliknya dengan isu lain. Dalam case ini, Eko mencoba menghubungkan karyanya dengan isu lingkungan di Indonesia. Lewat karya yang ia beri judul ‘Bouquet of Love’, ia mengekspresikan karya seni yang unik ini.
Dengan adanya karya ini, Eko sendiri mengatakan bahwa ia menilai bahwa Indonesia memiliki alam yang indah dan kaya, namun ironisnya jumlah sampah yang semakin banyak menjadi penghambat kemajuan negara. Ia juga menjelaskan bahwa ia dan tim bekerja dengan para pengepul sampah lokal dan bank sampah yang ada disekitarnya. Hal itu tak lain untuk kegiatan pengumpulan berbagai macam jenis sampah seperti ember plastik, kemasan minuman ringan, botol air hingga peralatan elektronik yang sudah tak terpakai. Segala elemen itulah yang akhirnya menyusun ‘Bouquet of Love’ hingga bisa berdiri di Potato Head Beach Club.
Gaya seni yang Eko coba tonjolkan adalah penggabungan segala aspek kehidupan dengan realita ironi yang dekat dengan kita. Sehingga hal itu tergambar lewat lempengan sampah yang digabungkan menjadi satu membentuk mural. Ia menambahkan warna-warna kontras untuk menambah kecantikan karya tersebut. Sebagai pemanis, ia menambahkan ornamen sepasang mata khas gaya sang seniman. Karya ini sendiri dibuat dalam kurun waktu kurang lebih lima minggu setelah terkumpulnya bahan-bahan yang dibutuhkan.