Indiekraf.com – Berbagai inovasi dan program kini banyak dibuat oleh anak bangsa untuk membangun negeri yang lebih baik. Salah satunya juga dilakukan Yayasan Anak Bangsa Bisa yang mengangkat program Catalyst Changemakers Lab (CCL). Dikabarkan bahwa program ini mampu membantu permasalahan limbah di destinasi wisata. Seperti apa detail programnya, ya?
Catalyst Changemakers Ecosystem: Solusi untuk Limbah di Lokasi Wisata
Yayasan Anak Bangsa Bisa, bagian dari Grup GoTo, belum lama ini meluncurkan program baru. Program ini dinamakan Catalyst Changemakers Ecosystem. Sesuai dengan namanya, program ini bergerak di bidang lingkungan yang didukung juga oleh para startup. Melalui gerakan inilah mereka mencoba meningkatkan kapabilitas serta melakukan inovasi dalam menyelesaikan masalah limbah atau sampah.
Angela Tanoesoedibjo sebagai Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) turut mengapresiasi gerakan tersebut. Dalam talkshow bertajuk “Bebas Hambatan Menuju Bebas Sampah: Akselerasikan Inovasimu lewat Catalyst Changemakers Ecosystem 2.0” dirinya memberikan dukungannya. “Alam merupakan salah satu aset terbesar bagi pariwisata. Kalau kita lihat 5 DSP sekarang ini, salah satunya Bali yang menjadi primadona pariwisata Indonesia, orang datang kesana karena alamnya yang tidak ada duanya. Oleh karena itu kita harus betul-betul menjaga kebersihan dan keberlanjutan alam dan harus menjadikan itu prioritas pariwisata” tutur Wamenparekraf.
Indonesia dengan Komitmen “Net Zero” Pertama di ASEAN
Gerakan Catalyst Changemakers Ecosystem ini ternyata juga sejalan dengan komitmen Indonesia untuk melakukan Net Zero. Net Zero sendiri adalah komitmen untuk melakukan “nol emisi karbon” di sektor pariwisata. Pemerintah juga turut memberikan langkah strategis sebagai upaya untuk mendukung komitmen tersebut. “Untuk Kemenparekraf sendiri kami diamanahi ada 4 tugas di dalamnya. Pertama kita harus menyusun SOP, kedua implementasi SOP, ketiga pembentukan unit pengelolaan sampah, dan keempat pemberian reward atau punishment kepada Pemda, pengelola, masyarakat, atas ketaatan dan pelanggaran SOP pengelolaan sampah di kawasan destinasi wisata bahari,” jelas Angela.
Tak hanya itu, hingga saat ini adanya sosialisasi dalam hal pengurangan penggunaan sampah plastik, kegiatan bersih-bersih dan daur ulang di daerah wisata masih terus dilakukan. Gerakan ini tentunya sebagai langkah untuk mengingatkan kepada seluruh masyarakat bahwa pengelolaan sampah merupakan tanggung jawab bersama. Hal ini juga dilakukan untuk mendorong rasa memiliki dari masyarakat untuk lingkungan.