
Indiekraf.com – Dr. Hanif Rani Iswari, S.E., M.M., secara resmi meraih gelar Doktor Manajemen dengan predikat cum laude dari Universitas Negeri Malang. Penelitian doktoralnya, yang berjudul “Perilaku Bootstrapping Pendiri Startup Kota Malang: Pendekatan Fenomenologi Eksistensialis” berhasil diselesaikan dalam waktu 2 tahun 8 bulan dan mengupas dinamika psikologis serta filosofis di balik keputusan bootstrapping yang diambil oleh para pendiri startup.
Ujian Akhir Disertasi (UAD) ini dibuka oleh Wakil Dekan 1, Dr. Satia Nur Maharani, S.E., M.SA., Ak, CSRS, pada Selasa, 11 Februari 2025 di Universitas Negeri Malang, dengan Ketua Dewan Penguji Prof. Ery Djatmika dan tim penguji yang terdiri dari Prof. Dr. Puji Handayati, S.E., M.M., Ak., CA, CMA; Dr. Nurika Restuningdiah, S.E., M.Si., Ak., CA; Prof. Dr. Budi Eko Soetjipto, M.Ed., M.Si.; Prof. Dr. Fattah Hanurawan, M.Si., M.Ed; Prof. Dr. Agung Winarno, M.M. dan penguji eksternal dari FIA Universitas Brawijaya yakni Prof. Dr. Mochammad Al Musadieq, MBA. Dalam sesi tanya jawab, para penguji memberikan apresiasi atas kontribusi penelitian ini terhadap pemahaman fenomenologi eksistensialis dalam dunia startup, khususnya dalam implementasi bootstrapping.
Selanjutnya, penelitian ini mengangkat kritik tajam terhadap paradigma startup yang hanya menjadi alat ekonomi kapitalis dan menyoroti pendekatan bootstrapping sebagai ekspresi eksistensialisme dalam membangun bisnis yang lebih manusiawi.
Penelitian ini berangkat dari paradoks startup di Kota Malang yang mengalami pertumbuhan pesat tetapi menghadapi tingkat kegagalan yang tinggi. Sebanyak 47% startup di Malang tidak mampu melewati “Valley of Death”, fase kritis yang menentukan keberlanjutan bisnis. Fenomena ini memunculkan pertanyaan mendalam: Apakah startup hanya sekadar instrumen pasar yang dipacu oleh modal ventura, atau dapat menjadi wujud kebebasan, keberanian, dan tanggung jawab pendirinya?
Menelusuri Esensi Startup: Bukan Sekadar Mesin Ekonomi, tetapi Wadah Eksistensial
Penelitian ini menemukan bahwa 87% startup di Kota Malang menggunakan strategi bootstrapping, dengan alasan keterbatasan akses modal, kelangkaan sumber daya, dan keinginan mempertahankan kendali atas bisnis mereka. Namun, lebih dari sekadar strategi finansial, bootstrapping merupakan ekspresi eksistensialis para pendiri startup dalam mempertahankan kebebasan dan makna dalam berkarya.
Pendekatan ini diteliti menggunakan Fenomenologi Eksistensialis, yang mengeksplorasi kesadaran, refleksi filosofis, intuisi, serta nilai-nilai budaya lokal seperti Arema Spirit dalam pengambilan keputusan bisnis. Dr. Hanif menemukan bahwa pendiri startup di Malang tidak sekadar menjalankan bisnis, tetapi juga mengalami dilema eksistensial antara efisiensi ekonomi dan otentisitas nilai personal.
Menggagas “Sustainable Existential Bootstrapping Model” (SEBM)
Salah satu kontribusi utama penelitian ini adalah pengembangan “Sustainable Existential Bootstrapping Model” (SEBM), yang menawarkan alternatif bagi startup agar tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi semata, tetapi juga keberlanjutan eksistensial. SEBM berlandaskan tiga pilar utama: (1) Kebebasan Strategis – Startup harus memiliki otonomi dalam pengambilan keputusan, menghindari ketergantungan pada investor eksternal yang dapat menggerus visi awal pendiri. (2) Keberanian Inovatif – Mengutamakan kreativitas dan daya juang dalam menghadapi keterbatasan tanpa mengorbankan nilai-nilai personal.(3) Tanggung Jawab Kolektif – Membangun startup yang tidak hanya mengejar profit tetapi juga memiliki dampak sosial dan berakar pada komunitas lokal.
Pendekatan ini dikemas dalam SEBM Canvas, sebuah alat strategis yang dapat digunakan oleh pendiri startup untuk mengevaluasi model bisnis mereka dari perspektif keberlanjutan eksistensial.
Ekonomi Komunal sebagai Alternatif Pendanaan
Selain mengangkat strategi bootstrapping, penelitian ini juga merekomendasikan eksplorasi model pendanaan berbasis partisipasi kolektif, yang dapat menjadi alternatif bagi startup dalam mengakses modal tanpa kehilangan otonomi bisnis. Salah satu pendekatan yang telah diinisiasi oleh salah satu startup di Kota Malang adalah Koperasi Multi-Pihak Lets Play Indonesia, yang menawarkan skema pendanaan berbasis kolaborasi dan kepemilikan bersama.Walaupun pendekatan ini masih memerlukan kajian lebih dalam untuk memahami efektivitasnya bagi keberlanjutan startup dan hal ini dapat menjadi peluang penelitian lanjutan dalam ranah ekonomi komunal dan model bisnis berbasis solidaritas.Ekonomi berbasis komunitas telah muncul untuk menantang model kapitalisme eksploitatif. Beberapa platform telah mulai menerapkan pendekatan ini dengan membangun struktur kepemilikan yang lebih demokratis, di mana startup bukan hanya dikendalikan oleh pemodal besar, tetapi juga oleh komunitas yang mendukungnya. Dengan demikian, startup bukan lagi sekadar entitas ekonomi yang bertahan hidup berdasarkan investasi eksternal, tetapi menjadi bagian dari ekosistem yang saling mendukung melalui prinsip-prinsip keberlanjutan dan partisipasi kolektif.
Startup: Menuju Gerakan “Anti-Kapitalisme Toksik”
Penelitian ini juga menyoroti gelombang baru startup yang menolak pertumbuhan agresif yang dipacu oleh investasi ventura, yang sering kali memaksa startup kehilangan identitasnya demi kepentingan pemodal. Dr. Hanif menyebut fenomena ini sebagai “Anti-Startup Kapitalis”, yang mengadvokasi model bisnis yang lebih manusiawi, reflektif, dan berorientasi jangka panjang. “Startup bukan hanya tentang valuasi dan exit strategy, tetapi juga tentang bagaimana para pendiri menemukan makna dalam berkarya, menciptakan dampak sosial, dan mempertahankan otonomi mereka,” tegas Dr. Hanif dalam sidang doktoralnya.
SIMAK JUGA:
Laut Memanggilku: Film Pendek yang Menang di BIFF
Pasca PPKM Industri Kreatif Hantaran di Kediri Mulai Bangkit Kembali
Sinopsis Pachinko, Drakor Baru Lee Minho di Apple TV+!
Dampak dan Rekomendasi Kebijakan
Penelitian ini tidak hanya memberikan kontribusi teoritis, tetapi juga memberikan rekomendasi kebijakan bagi ekosistem startup di Indonesia. Pemerintah dan ekosistem startup diharapkan lebih mendukung: (1) Model pendanaan berbasis komunitas, seperti koperasi multi-pihak, yang memungkinkan startup berkembang tanpa tekanan dari pemodal ventura.(2) Insentif bagi startup berbasis nilai lokal yang mengutamakan keberlanjutan daripada pertumbuhan eksploitatif.(3) Pendidikan kewirausahaan yang lebih reflektif, yang tidak hanya mengajarkan strategi bisnis tetapi juga kesadaran eksistensial dalam berwirausaha.
Ucapan Terima Kasih
Dalam kesempatan ini, Dr. Hanif Rani Iswari menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
- Dewan Penguji yang telah memberikan masukan berharga dalam penyempurnaan penelitian ini.
- Rektor Universitas Widyagama Malang beserta jajaran Wakil Rektor dan Dekanat FEB Universitas Negeri Malang, yang telah memberikan dukungan dalam perjalanan akademik.
- Keluarga besar Universitas Widyagama Malang, yang senantiasa memberikan motivasi dan inspirasi.
- Mitra penelitian, termasuk Komunitas Startup Kota Malang (STASION), Komite Ekonomi Kreatif, Bappeda Kota Malang yang telah berkontribusi dalam mendukung kajian ini melalui wawasan dan pengalaman nyata dalam dunia startup.
- Rekan sejawat di PDIM UM.
Menuju Startup yang Lebih Manusiawi
Dengan kelulusannya ini, Dr. Hanif Rani Iswari tidak hanya meraih gelar akademik, tetapi juga membuka perdebatan baru dalam dunia startup: Bisakah startup menjadi lebih dari sekadar mesin kapitalisme, dan berkembang sebagai ruang aktualisasi diri yang lebih otentik?
Melalui fenomenologi eksistensialis dalam bootstrapping, Dr. Hanif mengajak para pendiri startup untuk berani merebut kembali kendali atas bisnis mereka, menjadikan startup sebagai ekspresi kebebasan, bukan sekadar instrumen ekonomi pasar.