Indiekraf.com – Beberapa waktu lalu, salah satu tarian asal Jawa Timur mendapatkan sorotan karena mencetak sebuah rekor. Catatan tersebut dikeluarkan oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dalam rangka tari Remo massal oleh para pelajar. Hal tersebut mendorong ide untuk menjadikan tari Remo jadi ekskul atau ekstrakurikuler di sekolah Surabaya.
Tari Remo Jadi Ekskul Sekolah Wajib di Surabaya!
Ada banyak cara yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk turut melestarikan warisan budaya Indonesia. Salah satunya bisa melalui penerapan budaya tertentu di kehidupan sehari-hari. Hal ini juga yang sedang diterapkan oleh Dinas Pendidikan Kota Surabaya terhadap masyarakat sekitar. Lewat sebuah momen tercetaknya rekor pelajar menari Remo massal, akhirnya mereka mencetuskan ide Tari Remo menjadi ekskul di sekolah Surabaya.
Sebelumnya, Museum Rekor Indonesia (MURI) mengeluarkan rekor setelah 65.946 pelajar menarikan tarian Remo secara massal. Ajang tersebut dilakukan di total 10 ikon bersejarah serta 2 jembatan di Surabaya. Setelah tercetaknya sejarah tersebut, Pemerintah Kota Surabaya pun menjadikan Tari Remo sebagai ekstrakurikuler yang wajib diikuti. Ekskul wajib ini pun akan diterapkan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Surabaya.
Sudah Diterapkan Sebelumnya, Namun Belum ‘Wajib’
Ternyata, kebijakan ini sudah dilakukan di beberapa sekolah di Surabaya. Perbedaannya adalah sebelumnya Tari Remo jadi ekskul bukanlah menjadi kewajiban. Yusuf Masruh sebagai Kadispendik Kota Surabaya memberikan keterangannya terkait hal ini. “Sejauh ini sebenarnya sudah ada ratusan lebih sekolah yang mempunyai ekstrakurikuler Tari Remo, namun belum diwajibkan. Setelah ini akan kami rutinkan dan pendalaman soal Tari Remo,” jelasnya, dikutip dari Urbanasia.
Adanya Tari Remo sebagai ekskul wajib ini menjadi cara baru untuk kita mendukung pelestarian budaya, terutama budaya khas Jawa Timur. Pelajar nantinya diharapkan bisa belajar lebih mengenai nilai budaya hingga filosofi dari tarian tersebut. Eri Cahyadi sebagai Wali Kota Surabaya juga mendukung hal tersebut. “Boleh ada budaya asing di Surabaya, tapi budaya asli Jawa Timur yang menceritakan pahlawan melawan penjajah ‘Remo’ itu ada di hati mereka (pelajar). Saya yakin, kalau itu tertanam di hatinya para pelajar, maka akan memiliki pribadi yang kuat,” tutur Eri.