Selamat Datang di Indiekraf Media - Kunjungi Juga Studio Kami untuk Berkolaborasi lebih Keren :)

Menuju Indiekraf Studio
Acara KreatifAplikasi Digital dan GameDigital KreatifIndustri Kreatif

Lewat Startup Studio Batch 5, Kominfo Ajak Startup Fokus Bootsraping

Indiekraf.com – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar acara puncak Milestone Day, sebagai penutup dari serangkaian program inkubasi Startup Studio Indonesia (SSI) Batch 5.

Setelah menjalani lima bulan pelatihan, 15 belas startup yang terpilih dari ribuan pendaftar, berkesempatan untuk mempresentasikan bisnis dan pencapaiannya selama mengikuti program di hadapan stakeholder terutama lembaga pemerintah dan venture capital.

Startup Studio Indonesia merupakan program persembahan Kominfo yang bertujuan untuk mendampingi dan membina para startup tahap awal (early-stage) selama 15 minggu agar bisa menemukan product-market fit (PMF).

“Layaknya sektor bisnis lain, lanskap ekonomi digital startup akan terus berubah. Kini, sejak tahap awal startup dituntut untuk bisa mengejar profitabilitas dan pertumbuhan yang seimbang,” kata Koordinator Startup Digital, Sonny Hendra Sudaryana.

“Karena itu, penting bagi para founders untuk memiliki visi jangka panjang, memaksimalkan kesempatan yang ada dan menciptakan solusi tantangan ekonomi dan sosial yang inovatif,” sambungnya.

Dia menegaskan bahwa Kominfo berkomitmen untuk selalu mendukung startup dengan misi menyelesaikan tantangan nyata dalam masyarakat, lewat regulasi yang tepat, pelatihan talenta digital, mewadahi komunitas, dan memberikan akses misalnya di program Startup Studio Indonesia (SSI).

Setelah program Startup Studio Indonesia Batch 5 selesai, Kominfo masih akan terus memantau kemajuan dari masing-masing peserta melalui Program Alumni, dimana startup akan melakukan sesi coaching tambahan dan pertemuan rutin setiap bulan selama satu tahun dengan tim SSI

Kondisi ekonomi makro saat ini  kurang kondusif, sebagian orang menyebut bahwa periode ini merupakan tech winter, fase dimana bisnis sektor teknologi mengalami penurunan pertumbuhan dan pendanaan.

Kondisi ini menuntut para startup untuk merestrukturisasi perusahaan, mengevaluasi bisnis secara keseluruhan, dan melakukan beberapa perubahan fundamental. Misalnya saja, per Desember 2022, lebih dari 20 startup Indonesia telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada ratusan karyawannya, demi mengerek efisiensi biaya operasional.

“Berbeda dengan 8 tahun lalu, investor sekarang ingin melihat net revenue yang positif setelah semua biaya marketing dan subsidi. Sehingga perusahaan dapat lebih cepat profitable,” kata CEO dan co-founder Dekoruma, Dimas Harry Priawan.

“Hal ini yg kami sudah lakukan sejak dahulu sehingga kami tidak memerlukan investasi dalam jumlah besar untuk mengembangkan Dekoruma. Fokus kami selalu membangun fondasi bisnis yang sustainable,” ujar Dimas.

Menurutnya langkah bootstrapping sebagai strategi baik untuk saling mengenal partner bisnis, fokus hiring roles esensial, dan belajar aspek lain terutama di fase awal startup. Bootstrapping dipahami sebagai langkah perusahaan lebih mengandalkan modal sendiri dibandingkan dana dari investasi luar.

Baca Juga:

Startup yang baru saja menerima dana segar investor pun perlu memprioritaskan penggunaannya untuk pertumbuhan yang berkelanjutan, misalnya untuk riset dan memahami kebutuhan konsumen, alih-alih untuk mengejar kompetitor atau tren.

Sebagai acuan, startup bisa menggunakan formula 60-30-10. 60 persen dana untuk pengembangan fitur yang ada, 30 persen untuk inovasi fitur baru, dan 10 persen untuk eksperimen solusi baru.

Formula ini bisa membantu startup untuk lebih fokus mencapai PMF tanpa terlalu agresif dengan pengeluaran dana. Langkah bootstrapping juga dipilih oleh Co-founder dan CMO Biteship, Afra Sausan.

“Kami menghindari penggunaan dana funding untuk menutupi biaya operasional ataupun hutang, karena hal tersebut bisa membuat startup bergantung pada dana eksternal untuk menjalankan bisnis,” jelasnya.

“Dan yang perlu dihindari juga adalah membuat keputusan yang terburu-buru atau terlalu berisiko, karena perkembangan di tahap awal (early stage) adalah masa yang paling krusial, sehingga harus berhati-hati dan strategis dalam mengelola apa yang kita punya,” tutur Afra.

Sumber: Siaran Pers Kemenkominfo

Show More

Related Articles