Indiekraf.com – Media art mencakup berbagai bentuk seni yang dipadukan dengan teknologi, seperti aplikasi, game, seni pertunjukan, seni rupa, radio dan TV, periklanan, film, video, animasi, serta fotografi. Seiring berkembangnya zaman, fotografi dan film merupakan dua subsektor yang populer menjadi media utama dalam mengabadikan momen bersejarah. Seperti foto-foto momen kemerdekaan Proklamasi 17 Agustus 1945, maupun film-film bersejarah seperti G30S/PKI dan lainnya yang menjadi bukti nyata terjadinya momen bersejarah tersebut.
Tetapi benarkah fotografi dan film hanya menjadi satu-satunya media yang secara autentik dapat mengabadikan momen bersejarah? Apakah sebenarnya ada media lain yang dapat ikut membuktikan dan merekam jejak sejarah Indonesia? Simak artikel ini lebih lanjut!
Mitos: bukti sejarah hanya ada di foto dan film
Anggapan bahwa foto dan film merupakan satu-satunya alat yang dapat merekam kejadian di masa lalu tidaklah sepenuhnya salah. Hal tersebut masih masuk akal karena foto dan film dapat menyajikan visualisasi real-time suatu kejadian sesuai dengan kondisi saat itu. Melalui fotografi kita bisa melihat dan memahami suasana, kejadian, dan situasi di masa lalu.
Ini sejalan dengan pendapat Brian Arnold, seorang penulis buku “A History of Photography in Indonesia: Essays on Photography from the Colonial Era to the Digital Age”, yang dicukil dari VOA, ia berpendapat bahwa ada banyak kejadian di dunia yang bisa dilihat dan dipahami dengan foto. Sejarah fotografi di Indonesia juga termasuk unik dan penting sebagai alat untuk memahami sejarah dan berbagai peristiwa di Indonesia, termasuk pada zaman revolusi kemerdekaan hingga era reformasi.
Foto dan film memiliki keunggulan dalam memberikan bukti visual yang kuat, sehingga pantas jika dikatakan bahwa bukti sejarah yang paling kuat ada pada foto dan film. Namun, benarkah hanya foto dan film yang yang menjadi satu-satunya bukti sejarah?
Fakta: media lain juga menjadi bukti sejarah
Faktanya, bukti sejarah tidak hanya ada pada foto dan film saja walaupun mereka memiliki peran penting dalam merekam momen bersejarah di Indonesia. Dalam perkembangan media art, banyak bentuk media lain yang ikut berperan dalam mengabadikan sejarah. Salah satu contohnya adalah media tradisional seperti candi dan prasasti yang dapat merekam kejadian di masa lalu melalui relief maupun ukirannya.
Di Malang sendiri, ada beberapa candi dan prasasti yang menjadi salah satu bagian dari sejarah media art. Candi Badut, Candi Karangbesuki, dan Prasasti Dinoyo merupakan contoh dari media peninggalan Kerajaan Kanjuruhan yang menceritakan tentang kejadian di masa itu. Selain itu, dokumen tertulis juga menjadi media yang tak kalah penting dalam merekam momen bersejarah di Indonesia.
Dokumen tertulis seperti buku, dokumen, babad, hingga surat kabar maupun koran ikut menjadi peran penting dalam mengabadikan momen bersejarah di Indonesia. Dikutip dari Detik, terdapat 11 arsip bersejarah Indonesia yang telah masuk ke dalam dokumen Warisan Dunia, yaitu arsip VOC, arsip Konferensi Asia-Afrika, Babad Diponegoro, arsip Konservasi Borobudur, arsip Tsunami, La Galigo, Nagarakartagama, Cerita Panji, Pidato Sukarno “To Build The World Anew”, arsip pertemuan pertama Gerakan Non Blok, dan Hikajat Aceh.
Naskah kuno dan media tradisional seperti candi tersebut menjadi sumber sejarah yang berharga untuk dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran kehidupan atau kejadian di masa lalu. Ini membuktikan bahwa alat untuk merekam momen bersejarah di Indonesia tidak hanya melalui foto dan film saja.
Peran media art di masa kini
Seiring berkembangnya teknologi di masa kini, media art terus berinovasi dalam merekam sejarah. Saat ini, media art memiliki cakupan lebih luas dibanding sekadar fotografi dan film saja. Melalui seni digital, animasi, game, seni pertunjukan, hingga musik, kita dapat ikut berpartisipasi dalam merekam momen bersejarah di Indonesia. Bahkan teknologi seperti Virtual Reality (VR) yang ada di beberapa museum, kini dapat membantu kita seolah ikut terjun mengalami kejadian bersejarah tersebut.
Lebih jauh lagi, peran media art tidak hanya sebatas untuk merekam momen bersejarah saja, melainkan juga menjadi alat penting yang dapat mendukung pembangunan berkelanjutan negara melalui dokumentasi maupun pelestarian warisan budaya sesuai dengan topik-topik yang dibahas pada Konferensi Dunia UNESCO MONDIACULT 2022.
Dengan seni dan teknologi yang terintegrasi, masyarakat dapat teredukasi melalui sejarah maupun terciptakan kesadaran untuk mengatasi tantangan kontemporer melalui karya-karya yang reflektif. Dalam konteks tersebut, media art juga mampu membantu sisi pendidikan dalam memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang sejarah.
Upaya-upaya dalam memanfaatkan peran media art tersebut dapat mendukung pengembangan masyarakat yang inklusif dan sadar akan pentingnya menjaga warisan budaya, untuk nantinya dapat menyejahterakan masyarakat dan lingkungan itu sendiri.