Selamat Datang di Indiekraf Media - Kunjungi Juga Studio Kami untuk Berkolaborasi lebih Keren :)

Menuju Indiekraf Studio
Acara KreatifAplikasi Digital dan GameDigital KreatifFotografiIndustri Kreatif

Permudah Pekerjaan, AI Tak Akan Gantikan Peran Fotografer Profesional

Indiekraf.com – Perkembangan teknologi terus bertumbuh. Inovasi di bidang teknologi terus dilakukan, yang justru semakin gencat dilakukan lewat transformasi digital saat pandemi Covid-19,

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, McKinsey menyebutkan, sebanyak 71 persen dari pelanggan mengharapkan perusahaan menyediakan konten yang dipersonalisasi. Peneliti juga menyampaikan bahwa bisnis yang menerapkan hal ini dalam strategi kontennya menghasilkan 40% persen keuntungan lebih besar daripada kompetitornya.

Berangkat dari data tersebut, teknologi berbasis artificial intelligence (AI) yang kini banyak diperbincangkan, diharapkan mampu memberikan solusi, mengingat salah satu tujuan AI yang utama adalah membantu pekerjaan manusia. Berbagai pekerjaan yang dulunya dilakukan secara manual oleh manusia kini bisa dilakukan dengan lebih mudah menggunakan sistem AI.

Untuk itu, Beon Intermedia bersama dengan Pewarta Foto Indonesia (PFI) Malang Raya menggelar diskusi bertajuk “AI Lens: Menerobos Batasan dalam Fotografi dan Branding,” yang diselenggarakan di gedung Malang Creative Center (MCC), Minggu (2/7/2023).

Diskusi tersebut menghadirkan Muhammad Syahrul Munir (IT Team Beon Intermedia), Andina Paramitha (Head of Corporate Communication) dan Nedi Putra (perwakilan dari PFI Malang). Mereka memberikan pemahaman, bahwa teknologi berbasis AI hanya alat pendamping yang bisa membantu meringankan pekerjaan.

Sentuhan manusia tetap berperan penting untuk menjadi penentu bagaimana teknologi tersebut bisa digunakan.
Muhammad Syahrul Munir menerangkan, salah satu AI yang digunakan adalah dalam membuat prompt.

“Saat memberikan perintah kepada tools berbasis AI, harus clear dan sesuai dengan kerangka yang ada di dalam pikiran kita. Hal ini agar jawaban yang diberikan oleh AI bisa sesuai dengan apa yang diinginkan,” jelas dia.
Syahrul menguraikan, teknologi AI ini merupakan sebuah sistem yang dilatih oleh orang-orang pintar agar memiliki pengetahuan yang sama dengan mereka.

“Sehingga, ketika kita memberikan pertanyaan kepada AI, jawabannya bisa disesuaikan dengan pemikiran orang pintar itu tadi,” tukasnya.

Yuk Simak yang Ini:

 

Sementara Andina Paramitha, Head of Corporate Communication Beon Intermedia menambahkan, teknologi tersebut hanyalah sebuah alat bantu.

“Teknologi hanyalah tools yang mempermudah pekerjaan. Ingat, hanya tools. Misalnya, untuk kebutuhan riset jadi lebih cepat dan mudah. Teknologi sifatnya hanya mendukung saja,” kata perempuan yang akrab disapa Andien ini.

Ia menguraikan, masih ada sederet hal krusial yang tidak bisa digantikan, seperti wisdom, perspektif, emosional, value dan relations.

Salah satu penerapan AI, imbuh Andien, ada pada entitas Beon Intermedia, yakni Mebiso.com, yang merupakan platform virtual consultant yang menggunakan AI.

“Dalam platform ini, kami memiliki dokumen hasil analisis (DHA) saat pengguna melakukan cek merek. Hasil dari DHA ini nantinya yang bisa meningkatkan keberhasilan saat melakukan pendaftaran merek usaha,” papar dia.

Terkait dunia jurnalistik, teknologi tersebut memungkinkan perangkat menjalankan tugas yang membutuhkan pekerjaan manusia, yang meliputi pengenalan suara, gambar, pemrosesan bahasa hingga pengambilan keputusan secara otonom. Sebab, dalam sekejap, mesin AI dapat menjawab pertanyaan apapun untuk membuat buku, bahkan hingga menjadi presenter televisi.

Namun bagi kinerja jurnalistik, etika dalam pemberitaan tak dapat digantikan oleh AI, yaitu rasa tanggungjawab sosial, menghormati privasi individu, menyampaikan konten tidak bias dan adil.

Seperti yang disampaikan Nedi Putra, perwakilan dari PFI Malang Raya, bahwa adanya teknologi AI juga mempermudah fotografer dalam menganalisis dan memproses gambar secara otomatis.

“Teknologi ini salah satunya bisa untuk memudahkan mengenali wajah dan objek dalam gambar,” terangnya.
Selain itu, imbuh dia, AI dapat menganalisis ekspresi wajah dalam foto untuk menentukan sentimen atau emosi yang ditampilkan oleh orang-orang dalam gambar. Serta dapat digunakan untuk melakukan pencarian gambar berdasarkan konten visual.

“AI dapat membantu fotografer jurnalis dalam mengatur metadata gambar, seperti informasi lokasi, tanggal, atau keterangan gambar, sehingga fotografer dapat memperoleh hasil yang lebih baik, meningkatkan efisiensi kerja, dan menyampaikan cerita dengan lebih efektif melalui gambar,” urai dia.

Menurut Nedi, fotografi jurnalistik bertugas menyampaikan realita secara visual kepada publik, sehingga penggunaan AI hingga saat ini masih belum disikapi sebagai sesuatu yang mengancam profesi jurnalis foto, meski tetap harus disikapi sebagai tool yang membantu.

“Mengutip fotografer senior Bea Wiharta, bahwa fotografi jurnalistik tidak akan mati karena kehadiran AI selama pewarta foto memegang teguh etika, karena kredo foto jurnalistik itu adalah kejujuran,” tutupnya.

Show More

Related Articles