Indiekraf.com – Developer game di dunia terus bertumbuh. Menurut data dari statista.com, pada tahun 2019, industri kreatif game memiliki jumlah revenue terbesar di dunia yaitu sebesar $145,7 miliar. Ini jauh di atas jika dibandingkan dengan sektor box office yang hanya memiliki revenue sebesar $42.5 miliar dan sektor musik dengan revenue hanya $20.2 miliar.
Dari data tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwa peluang untuk mendapatkan keuntungan ketika terjun ke dunia industri game sangatlah besar. Tak heran jika perkembangan dunia game saat ini semakin pesat, termasuk di Indonesia. Ini dibuktikan dengan banyaknya game yang berhasil dibuat dan dirilis oleh para developer game asli Indonesia.
Baca juga Studio Gim Dari Malang Ini Berhasil Rilis Game Maha Karya Terbarunya
Melihat perkembangan tersebut, DILo Malang menggelar event #NgalamTalks06 dengan tema “How to convince your prospective in-laws of your career choice in game industry”. Event yang dilaksanakan pada hari Selasa (25/05) kemarin ini menghadirkan langsung Adib Toriq, CEO Algostudio, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan game yang ada di Malang.
Dalam acara tersebut, Adib menyampaikan kesedihannya karena masih banyak masyarakat di Indonesia yang mengatakan bahwa bermain game itu bisa merusak otak. “Sebetulnya game bisa membuat dunia menjadi lebih baik. Banyak informasi hoax yang bertebaran tentang game yang merusak, apakah itu benar? Ternyata, ada banyak sekali penelitian yang bilang game itu memiliki manfaat pada otak,” ujarnya.
“Bermain game itu bisa membuat otak kita lebih mudah menyerap informasi, melatih mata untuk lebih tajam, hingga meningkatkan kemampuan persepsi, atensi, dan kognisi otak,” jelas Adib. Selain itu, Ia juga mengatakan bahwa dengan bermain game, kita bisa melatih kemampuan problem solving kita menjadi lebih baik. Jadi, jika ada informasi yang mengatakan bahwa game itu dapat merusak otak, maka informasi tersebut bisa dikatakan belum tentu benar.
Baca juga Satriver Studio Rilis Gim Baru Berjudul Last Gun
Adib mengatakan bahwa perkembangan industri kreatif game di Indonesia memiliki potensi yang sangat ‘cerah’. Terdapat banyak keunggulan yang kita miliki, salah satunya adalah bonus demografi yang kita miliki Indonesia. “Kalau kita bisa jual game kita ke Amerika, kita akan mendapatkan profit yang lebih,” jelasnya. “Programer game di indonesia itu gajinya sekitar 1/7 dari gaji programer game di Amerika. Ini artinya gaji selama satu bulan seorang programer di Amerika itu bisa menghidupi 7 programer di Indonesia. Itupun hitungan di Jakarta, dengan biaya hidup yang terbilang mahal. Kalau kita tinggal di Malang, maka kita akan lebih untung,” tambah Adib.
Ini adalah momen yang tepat untuk ikut berjuang memajukan industri kreatif game di Indonesia. Berikan dukungan semaksimal mungkin agar para developer game Indonesia atau para pelaku yang bergerak di industri ini bisa terus berkembang dengan cara memainkan dan membeli game buatan mereka. Dengan begitu, Indonesia akan bisa ikut menikmati “kue” revenue sebesar $145,7 miliar yang dihasilkan oleh industri game di dunia.
Penulis: Achmad Faridul Himam