Indiekraf.com-Serial film yang sedang hits saat ini yakni ‘Layangan Putus’ begitu sangat menyita perhatian publik, terutama kaum perempuan yang begitu kagum dengan sosok Kinan yang diperankan oleh Putri Marino itu.
Kekaguman akan cerita Kinan yang dibangun dalam serial fim itu banyak ditanyakan oleh para penggemar saat dilaksanakan meet and greet bersama penulis novel Mommy ASF atau Eka Nur Prasetyawati di Gramedia Matos Malang pada sabtu (8/01) lalu. Salah seorang penggemar yang ‘kepo’menanyakan kepada penulis, mengapa sosok Kinan begitu kuat dalam cerita film tersebut.
Kinan sendiri merupakan sosok sentral dalam serial fim yang ditayangkan di We TV itu, dimana ia digambarkan tegar dalam menghadapi suaminya yang bernama Aris yang mendua dengan perempuan lain.
“Kinan kok begitu kuat? Perempuan yang mengalami kondisi itu pasti galau. Kinan menapa digambarkan seperti itu? Tanya Fia dalam acara meet and greet itu.
Sang penulis yang mendengar pertanyaan itu , lantas berusaha untuk memberi jawaban yang mampu diterima oleh sang penanya.
“Di serial kayak diangkat perselingkuhan banget. Di novel memang ada, esensinya sama yakni mendua. Si Kinan sebagaimana dalam serial dan novel sama-sama independen. Ini karena situasinya yang membuat dia harus independen,”ungkap penulis yang juga dokter hewan itu.
Hal tersebut karena dalam ceritanya Kinan telah memiliki buah hati yang harus ia jaga tumbuh kembangnya. Dalam menghadapi cobaan hidup, memang ada kegalauan.
Baca juga:
“Galau ya galau, nangis ya nangis. Kinan harus kuat untuk diri sendiri dan anak-anaknya,”jawab Mommy ASF.
Mariana Hoesni ,warga Malang yang juga penulis dan hadir langsung dalam acara tersebut karena viralnya serial film layangan putus mengatakan jika dirinya katuh cinta dengan sosok Kinan.
“Saya jatuh cinta dengan sosok Kinan itu, kan cerita perselingkuhan itu trending banget , dan dia memang melwan ya kalau kata saya, itu yang bikin saya hadir ke acara ini,”ungkap Mariana.
Soal perbedaan di serial dan novel, ia mengerti kalau cerita di novel pasti ada perbedaan dengan di film dan pasti ada proses kreatifnya.
“Novel itu tidak bisa ‘plek’ kalau difilmkan pasti ada proses kreatif lain,”pungkas Mariana.
