Selamat Datang di Indiekraf Media - Kunjungi Juga Studio Kami untuk Berkolaborasi lebih Keren :)

Menuju Indiekraf Studio
InsightJajan MalangKreatif TourismKulinerMbois MediaOpini KreatifPelaku Kreatif

Transformasi Pasar Klojen, Dari Pasar Tradisional Jadi Tempat Nongkrong Kekinian

Indiekraf.com – Pasar Klojen yang dulunya merupakan pasar tradisional, kini telah bertransformasi menjadi pasar modern. Ramainya keadaan pasar ini, apalagi di akhir pekan, menimbulkan tanya kenapa bisa ya jadi ramai sekali? Beberapa juga mengatakan bahwa pasar ini malah cocok untuk tempat nongkrong. Kok bisa gitu ya? Simak artikel ini sampai habis dulu, yuk!

Jadi Salah Satu Pasar Tradisional Tertua di Kota Malang 

Sebagai salah satu peran penting dalam tatanan kota, pasar tradisional menjadi tempatnya masyarakat berinteraksi dan pusat perekonomian. Harganya yang cenderung relatif lebih murah dibanding pasar modern seperti supermarket, membuat pasar tradisional masih eksis menjadi pilihan belanja. Kota Malang sendiri memiliki beberapa pasar tradisional yang bahkan sudah dibangun sejak dahulu kala.

Beberapa pasar tradisional tertua di Kota Malang antara lain, Pasar Besar (dibangun pada tahun 1920-1940), Pasar Bareng (1920-1940), Pasar Lowokwaru (1920-1940), Pasar Oro-Oro Dowo (1934), Pasar Bunulrejo (1932), Pasar Kebalen (1934), Pasar Embong Brantas (1933), dan Pasar Klojen (1934).

Malang Retro mencatat bahwa Pasar Klojen mulai dibangun pada tahun 1919 di Jalan Sophiastraat yang kini menjadi Jalan Cokroaminoto. Namun, beberapa sumber lain menyatakan bahwa pasar ini dibangun pada tahun 1934. Walaupun begitu, dilihat dari tahun dibangunnya, Pasar Klojen masih termasuk pasar tradisional tertua yang ada di Kota Malang. 

Tampilan Pasar Klojen zaman dulu – Sumber foto: kekklojen.malangkota.go.id

Sebagai pusat perekonomian masyarakat, Tugu Malang mencatat ada lebih dari 10 ribu pedagang yang menggantungkan hidupnya di 26 pasar tradisional di Kota Malang pada tahun 2022. Perputaran perekonomian pada bagian makanan di Kota Malang juga mencapai nilai yang cukup menjanjikan, yaitu pada angka 37,82 persen dari total pengeluaran warga. Melihat potensi yang besar tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Malang memutuskan untuk merevitalisasi beberapa pasar tradisional di Kota Malang. 

Dapat Jatah Revitalisasi dari Pemkot Malang, Pasar Klojen Jadi Viral?

Pemkot Malang melalui Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang telah mentransformasi beberapa pasar tradisional di Kota Malang menjadi pasar yang lebih modern. Uniknya, revitalisasi ini tidak meninggalkan konsep pasar tradisional. Dalam artian, pedagang di dalamnya tetap seperti pedagang di pasar tradisional seperti biasanya. Hanya saja terdapat perubahan pada tampilan visual dan mulai dikenalkan dengan teknologi.

Secara visual, pasar diubah menjadi lebih rapi dan tertata. Mulai dari diberikan atap yang layak, tiap tenant disusun rapi, dan lantai yang diplester, sehingga tidak kepanasan ketika cuaca panas, tidak becek saat hujan, dan juga ada ruang yang nyaman untuk konsumen belanja. Teknologi pun dikenalkan dalam transaksi di pasar ini, tidak hanya tersedia satu metode pembayaran saja. Hal-hal tersebut merupakan upaya pemerintah dalam membuat pasar menjadi tempat yang lebih ramah pedagang dan pembeli.

Dari beberapa pasar tradisional yang telah direvitalisasi, salah satunya adalah Pasar Klojen. Pasar ini telah direnovasi pada tahun 2018 lalu dan diresmikan kembali pada 2019 oleh Pemkot Malang. Menariknya setelah direnovasi, pasar yang mulanya dikenal sebagai pasar kumuh dan mahal malah menjadi viral. Kenapa bisa begitu, ya?

Jika diperhatikan, Pasar Klojen kini telah bertransformasi menjadi pasar yang tampak lebih rapi, tertata, dan bersih dibanding sebelumnya. Kini tak hanya berisi dagangan kebutuhan pokok rumah tangga saja, melainkan juga tenant-tenant kuliner kekinian. Dengan tetap menjaga konsep pasar tradisional ditambah menghadirkan kuliner kekinian, sepertinya hal ini berhasil menarik perhatian masyarakat luas.

Bisa dilihat saat akhir pekan betapa ramainya pasar yang terletak tidak jauh dari Stasiun Kota Malang ini. Pengunjungnya pun tak hanya dari kalangan tua saja, tetapi juga anak-anak muda yang gemar nongkrong. Lebih menarik lagi, pengunjung yang datang tak hanya masyarakat lokal Malang, tetapi juga wisatawan luar kota.

Para influencer media sosial pun tak ketinggalan. Melalui konten-konten kulinernya, mereka mampu menambah animo masyarakat untuk berkunjung ke Pasar Klojen demi ikut menikmati kuliner viral. Ditambah diberikannya teknologi pembayaran non-tunai, menjadikan pasar ini ramah bagi kaum muda yang kini terbiasa cashless. Hal-hal ini menjadi masuk akal jika pasar tradisional pun kini bisa juga menjadi tempat nongkrongnya anak muda zaman sekarang.

Akumulasi dari banyak faktor, mulai dari renovasi, inovasi kuliner, pengaruh influencer media sosial, hingga antusiasme masyarakat luas, membuat pasar ini layak menjadi viral walaupun masih juga disebut memiliki harga produk yang cenderung lebih mahal. 

Pasar Klojen jadi Pasar yang Ramah Anak Muda

Jika mengunjungi Pasar Klojen, tenant-tenant kuliner kekinian yang ada di sana kebanyakan diisi oleh generasi muda yang berdagang. Kuliner yang disajikan pun tidak melulu makanan tradisional saja. Beberapa contohnya seperti Mi Cendana yang viral dengan menu Mi Kolagennya, hingga inovasi kudapan bakso goreng maupun Toko Kopi Abah yang punya Kopi Turkish dan Es Merahmuda andalannya.

Nah, adanya generasi muda yang gabung berdagang di sini dapat menjadi pemicu bagi generasi muda lainnya untuk ikut berinovasi menghadirkan sesuatu yang kreatif dan bernilai ekonomi. Sehingga, asumsi bahwa pasar hanya diisi kaum emak-emak pun tidak berlaku lagi di Pasar Klojen. Anak muda pun kini dapat ikut berwirausaha di dalam pasar yang ramah anak muda melalui pendekatannya yang lebih modern.

Review Pengunjung Pasar Klojen

Berikut adalah beberapa review pengunjung Pasar Klojen, dari yang lama hingga terbaru. 

Dari review masyarakat tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar Pasar Klojen telah mampu menunjukkan transformasi modernisasi pasar tradisional. Namun, masih ditemukan adanya beberapa ulasan negatif yang perlu diperhatikan dan dibenahi lagi supaya pasar ini semakin nyaman dikunjungi.

Beberapa yang disoroti antara lain tentang kebersihan pasar. Ada sejumlah masyarakat yang mengeluhkan kebersihan pasar yang kurang terjaga walaupun sudah direvitalisasi. Dari keluhan ini dapat diambil tindakan bagi pemerintah maupun pengelola pasar untuk meningkatkan sistem kebersihan. Misalnya menyediakan tempat sampah di sudut-sudut strategis dan menggalakkan pesan pentingnya menjaga kebersihan bagi pengunjung dan pemilik tenant usaha. Bisa juga dengan menerapkan sistem denda bagi pelanggar aturan, dengan catatan harus tegas dilaksanakan. Dengan sistem yang lebih tertata dan tegas, harapannya masyarakat dapat ikut berkontribusi dalam kebersihan pasar.

Ulasan lainnya adalah tentang mahalnya produk yang dijual di Pasar Klojen. Pasar ini sejak dulu dikenal sebagai pasar yang termasuk mahal dibanding pasar tradisional lainnya. Setelah direvitalisasi pun, harga-harga yang ditawarkan dalam pasar ini juga masih termasuk mahal bagi sebagian masyarakat. Hal tersebut mungkin akibat dari konsep modernisasi yang diusung serta daya tariknya sebagai tempat nongkrong yang viral. Walaupun begitu, agar tetap kompetitif, penjual dapat memberikan transparansi harga pada konsumen. Supaya konsumen tidak merasa kecelik sudah datang ke tempat viral untuk nongkrong dan jajan, tapi ternyata harganya tidak sesuai kantong. 

Tak kalah penting, kualitas kuliner yang ditawarkan juga menjadi sorotan. Soal rasa, mungkin akan berbeda-beda pada lidah semua orang karena masalah selera pun tidak bisa dipukul rata. Namun, ketika ada komentar terkait rasa, pedagang bisa menggunakan komentar tersebut sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas makanannya. Ulasan dari pembeli pun bisa menjadi patokan untuk terus berinovasi dalam menyesuaikan keadaan pasar.

Jika aspek-aspek ini dibenahi, boleh jadi Pasar Klojen akan semakin ramai dan menjadi contoh bahwa modernisasi pasar tradisional pun mungkin untuk dilakukan. Konsep tradisional yang tetap dijaga dapat menjadi nilai menarik yang bisa dipertahankan untuk memberikan pengalaman belanja yang unik bagi masyarakat. Ditambah metode pembayaran yang tidak hanya satu, dapat menjadi faktor perluasan market masa kini yang kebanyakan sudah cenderung cashless. Peran media sosial pun juga turut dapat memberikan exposure bagi pasar ini agar lebih dikenal masyarakat yang lebih luas.

Akumulasi dari perbaikan aspek-aspek tersebut jika dilakukan secara total, tidak menutup kemungkinan bahwa pendapatan kota pun bisa meningkat. Jadi bagaimana? Sudah pernah mengunjungi Pasar Klojen dan mencicipi kuliner di sana? Sebagai panduan, kamu bisa mengunjungi artikel ini untuk tahu jajan apa saja yang bisa kamu cicipi di sana. 

Baca Juga:

Show More

Related Articles

Back to top button