Selamat Datang di Indiekraf Media - Kunjungi Juga Studio Kami untuk Berkolaborasi lebih Keren :)

Menuju Indiekraf Studio
Digital KreatifIndustri KreatifKabar KreatifOpini KreatifPenerbitan

Buku Bajakan Masih ‘Menjamur’, Tere Liye Buka Suara

Indiekraf.com – Di zaman yang sudah serba canggih, masih ada saja isu terkait dunia literasi. Masih banyak ternyata bisa kita temui orang-orang yang memperjual belikan buku bajakan. Adanya fakta yang ironi ini membuat Tere Liye sebagai penulis terkenal mulai membuka suara.

 

Buku Bajakan Masih ‘Menjamur’, Tere Liye Buka Suara

Seakan membendung kemarahan, Tere Liye mulai buka suara terkait beredarnya buku bajakan. Buku bajakan yang sudah jelas ilegal ternyata masih banyak diperjualbelikan di pasaran. Dengan adanya fakta ini, Tere Liye mulai mengemukakan pendapatnya di media sosial.

Di media sosial Facebook, dirinya mulai menyuarakan kekecewaannya terhadap orang yang menjual dan membeli buku bajakan. Pada hari Sabtu (22/5) lalu, ia mulai mengunggah beberapa hal tentang buku ilegal itu. 

 

Berpendapat tentang Buku Bajakan Lewat Facebook

Lewat unggahannya di Facebook, Tere Liye mulai menuliskan beberapa pendapatnya tentang buku bajakan yang masih ada di pasaran. “Buku original itu harus membayar semua pajak, semua biaya2 selain biaya cetak. Pembajak itu tentu saja mereka bisa jual murah, karena mereka hanya bayar nol semua. Tinggal bajak, beres.” tulisnya. Dirinya dibuat heran dengan tersebarnya buku salinan secara ilegal di berbagai e-commerce

“Nah, kalau kamu benar2 tidak punya uang. Aduh, kan bisa pinjam. Bisa download aplikasi ipusnas. Gratis malah bacanya. Ada yang gratis, kamu malah beli bajakan. Bikin kaya pembajak dan marketplace.” tambahnya. Pada dasarnya, ia memberikan edukasi bahwa untuk seorang penulis dalam membuat karya itu tak terhitung harganya.

 

Tanggapan Warganet yang Penuh Perdebatan

Tak disangka, ternyata unggahan Tere Liye tersebut mengundang banyak perdebatan di media sosial. Hal itu dimulai dari warganet yang mengunggah ulang screenshot kata-kata Tere Liye dan memberikan pendapatnya. Salah satu hal yang jadi ‘trigger’ untuk orang berdebat adalah pemilihan diksi yang dirinya gunakan.

Beberapa kata yang diunggah di media sosial tersebut dirasa kurang pantas untuk dibaca masyarakat. Selain itu, mayoritas pembaca karyanya masih remaja sehingga tak begitu memperhatikan keaslian dari sebuah buku.

 

Baca Juga JK Rowling Siap Luncurkan Buku Anak Pertamanya!

Show More

Related Articles