Selamat Datang di Indiekraf Media - Kunjungi Juga Studio Kami untuk Berkolaborasi lebih Keren :)

Menuju Indiekraf Studio
InsightJajan MalangKota KreatifKulinerMbois Media

Lebih Jauh Mengenal Malang: Punya Gastronomi Penuh Budaya

Indiekraf.com – Malang, salah satu kota di Jawa Timur yang kaya akan potensi alam dan budayanya, menawarkan lebih dari sekadar wisata. Gastronomi penuh budaya tersimpan di balik pesona Malang, membuatnya tak kalah menarik untuk ditelusuri. 

Mengenal Gastronomi 

Dilansir dari kumparan, gastronomi diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan cara pembuatan, cara penyajian, termasuk dalam pemaknaan makanan.

Tak hanya itu, gastronomi juga mencakup studi mengenai hubungan antara budaya dan makanan sebagai pusatnya seni kuliner.

Jadi tidak sekadar membahas tentang makanan atau kuliner, tetapi termasuk budaya yang mengikuti makanan tersebut juga.

Produk gastronomi adalah kuliner yang berada di daerah tertentu dan dibuat sesuai resep turun temurun. Biasanya dengan konsep seperti ini, gastronomi akan menjadi magnet bagi para wisatawan yang datang ke suatu destinasi.

Malang Penuh Gastronomi Berbudaya 

Kota Malang dengan potensi kulinernya yang besar, menyimpan gastronomi yang menarik untuk ditelusuri.

Beberapa kuliner yang menjadi khas dari wilayah Malang antara lain: orem-orem, mendol, bakso Malang, cwie mie, dan keripik tempe.

Orem-orem 

Orem-Orem Malang
Orem-Orem (Sumber gambar: Indiekraf)

Orem-orem adalah hidangan berbahan dasar tempe dengan kuah santan kuning. Selain tempe, biasanya diberi toge dan ketupat. Cita rasa dari orem-orem cenderung ringan berempah, walaupun kuahnya berkesan kental dan medok.

Hidangan satu ini diketahui memiliki keterkaitan erat dengan masa penjajahan di era pendudukan Jepang di Malang.

Konon karena pada saat itu bahan makanan sulit didapat, membuat banyak rumah tangga yang harus putar otak untuk menyajikan makanan sehat dan lezat untuk keluarganya. Sehingga kemudian menggunakan bahan makanan yang terjangkau dan lebih mudah didapatkan.

Orem-orem cenderung menggambarkan kesederhanaan, dinilai dari bahan dan bumbunya yang mudah didapatkan. Tambahan toge juga menjadi sayur sederhana, karena mudah ditumbuhkan dimana saja, dan tentu saja kaya akan gizi.

Mendol 

Mendol
Mendol (Sumber gambar: Pancar)

Mendol merupakan olahan tempe yang berbentuk seperti perkedel. Rasanya cenderung gurih dan pedas, serta teksturnya garing di luar.

Biasanya mendol mudah ditemukan di berbagai warung makanan karena biasanya mendol disajikan sebagai lauk pendamping untuk pecel, urap, hingga rawon. 

Bentuknya yang mirip perkedel, diduga pertama kali dibuat di masa penjajahan Belanda.

Dilansir dari MediaIndonesia, waktu itu Malang merupakan salah satu area yang paling banyak dihuni orang Belanda. Salah satu makanan Belanda ada yang bernama Frikadeller, terbuat dari bola daging dikepal yang digoreng. Mendol sendiri mirip dengan perkedel karena proses pembuatannya sama-sama dengan cara dikepal. 

Baca Juga:

3 Cafe Instagramable Di Kota Malang Yang Cocok Buat Spot Foto, Bisa Buat Nambah Koleksi dan Follower Di Medsos Kamu
Iklan Marjan: Lebih dari Sekadar Iklan Sirup, Serukan Pesan Kebersamaan [REVIEW]

Bakso Malang 

Bakso Malang
Bakso Malang (Sumber gambar: Kompas)

Bila membicarakan tentang kuliner Malang, pasti tak luput dari bakso Malang. Bakso Malang menjadi kuliner yang umum tersebar di penjuru Malang.

Dilansir dari liputan6, Bedanya dengan bakso pada umumnya, bakso Malang cenderung lebih kenyal karena teknik pembuatannya yang dipukul-pukul.

Ciri khas lainnya dari bakso Malang adalah adanya isian dan pangsit goreng yang beragam. Sehingga membuat tekstur rasa bakso Malang lebih variatif.

Contohnya seperti di Bakso Presiden yang unik karena kedai terletak di samping rel kereta. Lokasi Bakso Presiden ada di Jalan Batanghari No. 5, Klojen.

Cwie Mie 

Cwie Mie Malang
Cwie Mie Malang (Sumber gambar: TIMES Indonesia)

Cwie mie dikenal sebagai salah satu hidangan khas Malang. Walaupun sekilas mirip dengan mi ayam, bedanya adalah cwie mie disajikan kering tanpa kuah dan ada taburan ayam rebus yang sudah dicincang di atasnya.

Beda lainnya terletak pada sayuran yang dipakai, mi ayam menggunakan sawi, sedangkan cwie mie menggunakan selada.

Dilansir dari idntimes, kata “cwie” bermakna kecil, sehingga mi yang digunakan pada hidangan cwie mie juga mi yang kecil dan lebih lembut dibanding hidangan mi lainnya.

Cita rasa cwie mie cenderung gurih dan asin karena menggunakan kuah kaldu rebusan ayam dan bawang, berbeda dengan mi ayam yang cenderung manis.

Walaupun secara sejarah cwie mie diadaptasi dari Tiongkok, cwie mie yang dijual di Malang biasanya sudah dimodifikasi menjadi halal dengan tidak menggunakan bahan/bumbu tertentu, seperti babi.

Contohnya Hot Cui Mie di Jalan Kawi yang telah terverifikasi halal, tetapi, bila ingin mengonsumsi yang non-halal, dapat mengunjungi kedai Cwie Mie Gang Djangkrik di Jalan Letjen Sutoyo yang menyajikan cwie mie dengan topping olahan daging babi.

Keripik Tempe

Keripik Tempe Rohani Malang
Keripik Tempe Rohani Malang (Sumber gambar: Diskopindag Malang)

Selain mendol, olahan tempe lainnya khas Malang adalah keripik tempe. Salah satu produsen keripik tempe yang cukup dikenal di Malang adalah keripik tempe Rohani.

Industri keripik tempe Rohani mulai dirintis sejak tahun 1988 dan terletak di Jalan Sanan, no. 125.

Berawal dari mudah dan banyaknya tempe di Malang, terutama di Sanan, perusahaan keripik tempe Rohani memanfaatkan peluang tersebut untuk mengolah tempe menjadi makanan ringan, yaitu keripik.

Keripik tempe Malang biasanya diolah dengan berbagai rasa, seperti asin dan pedas. Cita rasa dan teksturnya yang renyah dan gurih, ditambah tempe juga merupakan bahan makanan yang bergizi, olahan keripik tempe dapat menjadi pilihan yang pas sebagai makanan ringan yang penuh gizi.

Potensi Gastronomi di Malang 

Gastronomi di Malang menjadi sangat potensial karena pengaruh perpaduan dari berbagai budaya yang melahirkan kuliner unik dan beragam. Dengan nilai seperti ini, Malang juga menjadi potensi untuk diakui sebagai bagian dari UNESCO Creative Cities Network (UCCN).

Dengan diakuinya Malang menjadi bagian dari UCCN, bisa membuka peluang untuk berjejaring secara global dengan kota kreatif lainnya, tak hanya dari lokal tetapi hingga mancanegara, sehingga dapat membuka peluang untuk kolaborasi dan pertukaran ide.

Hal tersebut juga berpotensi untuk mendorong banyak wisatawan berkunjung untuk mencoba hidangan khasnya, sehingga dapat membuka peluang untuk meningkatkan perekonomian lokal.

Baca Juga:

Mengenal Ikonnya Nasi Pecel di Kota Malang: Pecel Kawi
Solutif, Warga Kayutangan Kota  Malang Hasilkan ‘Cuan’ Lewat  Kerupuk Telur Asin Buatannya
Mengenal Kripik Aneka Sayur Meal Camil Asli Buatan Malang Yang ‘Lahir’ Di Masa Pandemi
Nasi Bhuk, Sajian Madura yang Eksis di Malang, Padahal di Tempat Asalnya Tidak Ada

Dilansir dari malangkota.go.id, pada 2023, sumbangan ekosistem kreatif (ekraf) di Kota Malang dalam mendorong angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencapai 29%. Sehingga dapat dikatakan bahwa potensi ekraf di Kota Malang sangat besar untuk lebih dikembangkan.

Ini sejalan dengan riset dari Hutabarat pada 2015, yang menyatakan bahwa ada dua kawasan di Malang, daerah Pulosari dan Jalan Kawi, Kecamatan Klojen, dikatakan cukup prospektif untuk dikembangkan dengan Model Pengembangan Ekonomi Kreatif, karena ditinjau dari aspek industri, teknologi, sumber daya, institusi, dan lembaga keuangannya memiliki peluang besar untuk berkembang dan menjadi model pengembangan usaha kuliner dan basis perekonomian daerah di Kota Malang.

Kedua wilayah tersebut merupakan beberapa dari sekian pusat kuliner yang ada di Kota Malang. Walaupun potensi dan peluang gastronomi di Malang dinilai besar dan tinggi, hal tersebut tentu masih memerlukan dukungan dari berbagai pihak seperti masyarakat hingga pemerintah untuk terus melestarikan dan mengembangkan potensi-potensi ini, supaya nantinya Malang dapat mencapai tujuannya untuk menjadi bagian dari UCCN sebagai kota kreatif dunia.

Sumber:
kumparan.com
goodnewsfromindonesia.id
malangkota.go.id
mediaindonesia.com
https://journal.um.ac.id/index.php/jesp/article/view/5312

Show More

Related Articles