Selamat Datang di Indiekraf Media - Kunjungi Juga Studio Kami untuk Berkolaborasi lebih Keren :)

Menuju Indiekraf Studio
Acara KreatifIndustri KreatifMusik

Sonic/Panic Malang 2024: Ketika Musisi Resah Atas Perubahan Iklim di Tanah Air

Indiekraf.com – Suarakan isu darurat perubahan iklim serta kerusakan alam, delapan musisi dari seluruh Indonesia akan berkumpul di Malang, Jawa Timur untuk konser Sonic/Panic di Malang, sebuah konser kolaboratif berkonsep ramah lingkungan.

Konser tersebut akan diadakan di Malang Creative Center pada 6 Januari 2024 – menampilkan musisi papan atas lintas genre dari seluruh Indonesia, yakni FSTVLST (Yogyakarta), Navicula (Bali), Iga Massardi (Jakarta) berkolaborasi dengan Lorjhu’ (Madura), serta Made Mawut (Bali).

Selain itu, Sonic/Panic di Malang juga akan menampilkan musisi asli Malang seperti Nova Ruth, Iksan Skuter, Pagi Tadi, serta legenda rock Toto Tewel berkolaborasi dengan Lie Andi.

Hampir semua musisi yang akan tampil di Sonic/Panic di Malang adalah anggota dari Music Declares Emergency (MDE) Indonesia, sebuah aliansi musisi serta pelaku industri nasional yang berkomitmen mengkampanyekan isu lingkungan dalam karya serta kerja-kerjanya.

MDE Indonesia adalah bagian dari kampanye global Music Declares Emergency, yang telah menghimpun dukungan dari 6000 musisi, pelaku industri, dan pekerja kreatif musik dari seluruh dunia. Sejak pertama dicanangkan pada 2019, MDE telah menyebar ke puluhan negara dan menerima dukungan dari musisi serta pelaku industri global seperti Billie Eilish, Arcade Fire, serta Bon Iver.

“Seringkali, pelaku industri musik mengerdilkan musik hanya sebagai sarana hiburan,” ucap Gede Robi, vokalis Navicula dan pemrakarsa MDE Indonesia. “Musik punya kekuatan yang sering dilupakan sebagai media edukasi dan pergerakan. Kami ingin mengembalikan kekuatan musik ini, apalagi isu lingkungan belum menjadi prioritas di media populer.”

Indonesia adalah negara pertama di benua Asia yang memulai kampanye Music Declares Emergency. Dengan slogan bersama ‘No Music on a Dead Planet’ (Tidak ada musik di planet yang mati), MDE Indonesia adalah gerak kolaboratif dari 13 musisi lintas genre di seluruh Indonesia, yaitu Endah N Rhesa, Iga Massardi, Guritan Kabudul, Nova Filastine, Navicula, Tony Q Rastafara, Tuan Tigabelas, Iksan Skuter, FSTVLST, Kai Mata, Rhythm Rebels, Prabumi, dan Made Mawut.

Setelah memprakarsai pendirian label rekaman Alarm Records dan merilis album kompilasi sonic/panic yang berisi lagu dari 13 musisi lintas genre, para musisi yang tergabung dalam MDE Indonesia mengadakan dua kali konser bersama di Ubud, Bali pada 4 November 2023 dan di Yogyakarta pada 2 Desember 2023.

BACA JUGA:

Para musisi yang tergabung dalam MDE Indonesia bersepakat bergerak bersama untuk menyuarakan isu perubahan iklim dan perlahan mengujicobakan praktik ramah lingkungan dalam mengadakan konser serta tur.

Hal ini termasuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai pada tenant, penonton, maupun panitia, menyediakan pos isi ulang air minum untuk mendorong penonton membawa botol minuman sendiri alih-alih membeli minuman plastik sekali pakai, hingga mendorong para penampil datang ke kota tujuan lewat jalur laut atau darat untuk menekan jejak karbon.

“Musisi bisa mulai mendorong praktik lebih ramah lingkungan di konser-konsernya,” ucap Nova Ruth, musisi asal Malang dan salah satu penggagas Sonic/Panic di Malang. “Kalau musisi mulai mengganti isi hospitality rider-nya menjadi lebih ramah lingkungan, festival akan menyesuaikan diri dan menjadi terbiasa. Bukan tidak mungkin, ini akan memantik perubahan di ekosistem festival di Indonesia secara lebih luas.”

Kini, Malang menjadi tujuan berikutnya dari Sonic/Panic. Selain menggaet Malang Creative Center, Yayasan Lintas Batas, dan Srawung Records sebagai tuan rumah, acara ini juga menyediakan paket khusus akses masuk seharga Rp120K yang juga termasuk mendukung Shelterville melakukan penanaman satu benih pohon beringin untuk menanggapi isu krisis air bersih di Malang Raya.

“Di Malang Raya sendiri, pembangunan terjadi di mana-mana, dan mau tidak mau itu berdampak pada lingkungan,” ucap Iksan Skuter, salah satu penampil asal Malang. “Semoga musik yang kami bawakan dan isu yang kami suarakan menjadi pengingat buat kami di Malang Raya bahwa alam sekitar lebih penting dari pembangunan yang menyisihkan kondisi alam.”

“Jika setiap generasi punya revolusinya masing-masing, maka isu lingkungan menjadi revolusi di generasi kita,” pungkas Gede Robi.

Show More

Related Articles