Indiekraf.com – Ruang kolaborasi kini menjadi sebuah kebutuhan primer dalam pengembangan ekosistem kreatif di sebuah daerah, salah satunya sebagai ruang aktualisasi program-progran yang berkaitan dengan ekonomi kreatif dan komunitas. Dalam rangkaian event semarak Jejakk 2023 forum diskusi kedua bertajuk “Business Model dan Penciptaan ruang ekosistem kolaborasi yang inklusi dan berkelanjutan” dilaksanakan pada minggu 21 Mei 2023 mendatangkan dua panelis masing-masing dari perwakilan pelaku bisnis dan pegiat komunitas asli Semarang yaitu Andrie Widyastama (Co-Founder Impala Network) dan Akhmad Khairudin (Co-Founder Komunitas Histeria).
Diskusi yang dimoderatori oleh salah satu tim penilai KaTa Kreatif yang juga akademisi, Kusumaningdyah Nurul Handayani atau yang akrab dipanggil Rully menyampaikan bahwa kolaborasi antara stakeholder ABCGM sangat diperlukan dalam peningkatan kualitas dan kuantitas ekosistem di suatu daerah. Dalam konsep pengembangan komunitas diperlukan sosok yang mampu membawa misi dan tujuan ke dalam sebuah program yang diturunkan dalam kegiatan komunitas. Karena dengan adanya latar belakang semangat kolektif dalam menghadapi isu sosial dan visi misi yang dilaksanakan dalam sebuah program akan membuat komunitas tetap relevan dan tak lekang oleh waktu.
Co-Founder Komunitas Histeria yang akrab disapa Adin berkata bahwa spirit dalam mengembangkan komunitas hendaknya didasari atas sebuah “iman”, dengan begitu komunitas akan memiliki dampak yang lebih besar di masyarakat. Meskipun orientasi tidak selalu berbicara tentang sebuah materi, bukan berarti tidak ada kebutuhan operasional dalam menjalankan suatu program. Sudah menjadi PR bersama bahwa program yang diusulkan sebaiknya benar-benar berjalan sesuai kebutuhan dan tepat sasaran. Hal ini untuk menghindari program yang dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, karena tidak dapat dipungkiri zaman sekarang banyak pihak yang menggunakan kebencian dan provokasi untuk bisa dimonetisasi. Sebaliknya, kebaikan pun seharusnya juga dapat digunakan untuk kebutuhan komersil.
Turut melengkapi pendapat Adin, menurut Andrie terdapat beberapa hal yang memang harus dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur untuk memahami bagaimana sebuah komunitas harus adaptif terhadap perkembangan zaman dan kebutuhan market. Aktivasi dan pengembangan komunitas dapat dilakukan by design maupun berkembang secara organik, yang tentunya masing-masing memiliki tujuan dan konteks yang berbeda. Sebagai pengelola creative hub yang berfungsi menjadi aggregator, sebaiknya mampu menjembatani program-program baik dari swasta maupun government terhadap kebutuhan pelaku Ekraf secara individu maupun komunitas.
Dalam forum diskusi yang dilaksanakan di Semarang Creative Hub ini, seluruh panelis menyepakati dalam pengembangan ekosistem kreatif sebaiknya tidak mempunyai tujuan yang pragmatis, namun berfikir luaran yang memiliki dampak secara luas yang mampu dirasakan oleh masyarakat. Berkembangnya ruang kolaborasi yang mendukung perkembangan ekosistem kreatif seperti co-working space, creative hub, sanggar, dll dalam sebuah daerah juga tentunya akan mempunyai tantangan tersendiri. Dalam hal struktur organisasi, manajemen, operasional, dan aktivasi program, penting untuk memiliki resiliensi agar dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama dengan memahami perubahan sosial dan perkembangan zaman.
Ditulis Oleh : Fariz Rizky Wijaya