Indiekraf.com – Sejuk dan segar merupakan gambaran pertama, ketika penulis menginjakkan kaki di kediamanan Ninik Trisnowati yang berada di kawasan Sawojajar Kota Malang. Tumbuhan hijau dan sejumlah succulent tampak rapi menghiasi halaman dan teras depan rumah, membuat suasana terik di jalanan yang sedari tadi menghardik hilang seketika.
Rupanya suasana rumah ini memang gambaran dari siapa yang pemilik rumah, Ninik Trisnowati. Wanita kelahiran Malang 18 Desember 1962 ini memang seorang wanita yang sangat ceria dengan pembawaan yang hangat. Namun bukan soal tanaman ataupun keramahan Ninik yang membuat penulis berkunjung.
Melainkan sebuah prestasi tidak biasa yang bisa dilakukan oleh seorang ibu rumah tangga. Ya, Ninik adalah seoarang penyair aktif. yang setidaknya hingga saat ini sudah menghasilkan banyak karya yang dimuat dalam 49 buku antologi, dan terakhir ditutup dengan buku solo kumpulan karya berjudul “Serpihan Rindu”. Lebih hebatnya lagi, 50 karya puisi dan buku tersebut berhasil dibuat Ninik hanya dalam waktu tiga tahun, atau tepatnya mulai 2017-2020.
“Sebenarnya kalau berkarya seni, khususnya menulis, sudah saya lakoni sejak remaja hingga ketika jadi guru TK. Namun di tahun 90an saya stop, karena sibuk dengan keluarga dan saat itu juga berbisnis. Kemudian baru sekitar 2017 saya mulai membuat karya lagi, itu juga karena didorong bapak (suami),” ucap Ninik.
Namun memang sejak mengikuti lomba pertama di 2017, bintang Ninik di dunia penulisan mulai bersinar terang. Puisi demi puisi yang dia buat pun, tidak jarang mendapatkan penghargaan dan berhasil dimuat dalam berbagai buku kumpulan puisi yang diterbitkan oleh berbagai penerbit nasional.
Keren! Meski Pandemi, UMKM Grab Surabaya Tetap Pertahankan Karyawan
Hanya dalam jangka waktu tiga tahun, Ninik pun berhasil membukukan karyanya ke dalam 49 buku. Bahkan buku solo terakhir yang merupakan kumpulan puisi karya nya, merupakan hadiah dari sebuah penerbit di Jakarta, karena di sana wanita yang juga sempat aktif dalam olahraga prestasi wushu ini, berhasil menerbitkan 10 puisi dalam 10 buku yang diterbitkan oleh perusahaan asal Jakarta tersebut.
Tema Cinta dan Inspirasi
3 Film Animasi Lokal Yang Mencuri Perhatian Dalam Setahun Terakhir
Soal tema puisi, karya – karya Ninik yang terangkum dalam buku Serpihan Rindu ini, memang lebih banyak memgambil kisah cinta dan kerinduan. Namun menurut Ninik, ‘cinta’ yang dia jadikan tema merupakan cinta yang universal. Bukan hanya percintaan sepasang anak manusia, namun juga bagaimana cinta antara Tuhan dan umat manusia, serta juga hubungan cinta dan rindu saudara, ibu anak dan juga.
“Cinta saya dalam setiap karya itu universal. Silahkan setiap individu bisa menilainya, sesuai dengan pengalaman hidupnya masing – masing,” ucapnya.
Soal puisi nya yang rata – rata cinta, sebenarnya Ninik tidak pernah berkeinginan punya spesialisasi dalam tema tersebut. Semua hanya muncul begitu saja. Ya, prestasi Ninik dalam bidang puisi ini, ternyata justru tidak berbanding lurus dengan dasar pendidikannya. Ia justru mengaku, sama sekali tidak pernah mengenyam sedikit pun pendidikan kesastraan sama sekali hingga saat ini.
“Saya ini sama sekali tidak pernah sekolah, atau kursus sastra dan penulisan sama sekali. Jadi bagaimana saya bisa menulis puisi, bisa jadi ini adalah bakat keturunan dari kakek dan paman saya, yang memang seniman,” beber Ninik.
Begitu pula soal proses berkreatif nya, wanita yang juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial ini, mengaku tidak punya waktu dan ritual khusus untuk menghasilkan puisi. Menurutnya semua berjalan begitu saja, termasuk tema, judul dan isi tulisan,
“Saya kalau lagi nulis sih bisa di mana saja dan kapan saja. Pokok kalau inspirasi datang ya nulis. Nulis pun pakai hape saja. Kadang pas masak dapat judulnya langsung tulis. Isinya bisa kapan -kapan hahaha. Nanti baru kalau senggang atau mau ikut lomba, saya buka file lagi untuk saya rangkai dan sesuaikan dengan kebutuhan dalam event tersebut,” jelasnya.
Pada Siap Nanjak Rinjani Lagi Gak Nih? Simak Dulu Syarat -Syaratnya
Lalu, sebenarnya apa yang membuat Ninik bisa begitu produktif dalam kreatifitas di usianya yang sudah tidak lagi muda ini? Nenek satu cucu ini pun mengatakan, bahwa semangat dan perasaan bebas jadi modal utama nya. Juga menurutnya, setiap insan ketika semakin bertambah umur, seharusnya bisa semakin produktif, untuk bisa memberikan contoh kepada generasi muda.
“Saya yang penting selalu bersemangat. Lalu kalau ikut lomba itu lepas saja, karena saya tidak mengejar kemenangan. Namun lebih kepada ingin terus produktif di usia yang tidak muda lagi, serta memberikan yang terbaik kepada masyarakat,” aku nya.
Setelah menerbitkan buku solo dan juga menjual lebih dari 100 buku untuk cetakan pertama nya. Target Ninik berikutnya, adalah bisa membuat buku solo kedua, yang juga harapannya diawali dengan kembali puisi – puisi nya dimuat dalam berbagai buku antologi, seperti halnya buku pertama.
“Saya sekarang ingin bisa puisi saya diterbitkan di 50 buku, kemudian bikin buku solo edisi kedua. Ya semoga bisa terwujud. Yang pasti saya tidak akan ngoyo, dan mengikuti arus saja,” pungkas Ninik.