Indiekraf.com – Manajemen mikro merupakan salah satu pendekatan pengelolaan dalam organisasi. Fenomena ini menunjukkan sikap dari pemimpin atau manajemen organisasi dalam mengawasi kinerja karyawannya secara langsung dan intens. Sayangnya, pendekatan manajemen ini dapat berisiko menurunkan kinerja dan produktivitas karyawan jika dilakukan secara berlebihan. Lantas, bagaimana CEO sebaiknya bersikap agar produktivitas karyawan tetap terjaga?
Manajemen mikro itu apa?
Manajemen mikro adalah pendekatan pengelolaan yang berfokus pada detail operasional sehari-hari dalam sebuah organisasi, unit kerja, atau proyek. Biasanya manajer atau pemimpin akan cenderung terlibat langsung dan intens dalam mengawasi kinerja karyawannya.
Harry Waluyo, seorang pengamat budaya, pariwisata, dan ekonomi kreatif, memaparkan opininya terkait manajemen mikro. Berdasarkan pemaparannya, seorang pemimpin atau manajer organisasi biasanya akan terlibat secara langsung dan intens dalam mengawasi kinerja karyawannya. Dalam pengawasan tersebut, seringkali ia akan terlibat dalam membuat keputusan-keputusan kecil dan memonitor kinerja secara detail.
Pendekatan seperti ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan efisiensi dan kepatuhan terhadap standar tertentu. Tetapi sayangnya, dapat berisiko menurunkan otonomi, inisiatif, dan kreativitas karyawan jika dilakukan secara berlebihan.
Kenapa manajemen mikro bisa menurunkan kinerja karyawan?
Manajemen mikro dianggap bisa menurunkan kinerja karyawan karena cenderung merusak budaya organisasi dan kepercayaan karyawan secara serius, yang pada akhirnya menyebabkan stres tinggi, produktivitas rendah, dan peningkatan pergantian karyawan.
Salah satu dampak signifikannya adalah terkikisnya kepercayaan antara pemimpin dan timnya. Manajemen mikro biasanya muncul sebagai tanda kurangnya kepercayaan dari manajer atau pemimpin pada kemampuan karyawan. Adanya ketidakpercayaan ini mengakibatkan berkurangnya moral dan kepuasan kerja. Karyawan di lingkungan yang seperti itu sering merasa diawasi, yang menghambat kreativitas dan inovasi. Seiring waktu, hal tersebut dapat menyebabkan kelelahan dan tingkat pengunduran diri yang lebih tinggi, karena orang mencari tempat kerja yang membuat mereka merasa dihormati dan mandiri.
Selain itu, manajemen mikro juga dapat merusak kelincahan dan kemampuan organisasi untuk berkembang, karena menciptakan hambatan di tingkat kepemimpinan. Pemimpin yang terlalu fokus pada pengendalian setiap detail kecil dapat mencegah tim membuat keputusan independen. Hal tersebut dapat memperlambat kemampuan organisasi untuk beradaptasi dan berinovasi, sehingga nantinya berisiko tidak hanya menghambat efisiensi operasional secara langsung melainkan juga mengancam keberhasilan strategis jangka panjang.
Lalu harus bagaimana? Apa yang harus dilakukan organisasi?
Untuk menghindari dampak-dampak negatif ini, organisasi perlu fokus pada gaya kepemimpinan yang memberdayakan dengan menekankan otonomi dan kepercayaan pada karyawan. Pemimpin yang dapat mendelegasikan tugas secara efektif, menetapkan tujuan yang jelas, dan mendukung pengambilan keputusan karyawan dapat membantu menumbuhkan budaya akuntabilitas dan keterlibatan dalam organisasi.
Dengan pendekatan yang lebih memberdayakan karyawan, dapat berpengaruh dalam meningkatkan produktivitas secara keseluruhan dan menghasilkan kepuasan kerja yang lebih tinggi, yang nanti pada akhirnya juga akan menguntungkan organisasi.
Untuk menangani dampak buruk dari manajemen mikro, seorang CEO perlu fokus membangun budaya kepercayaan, pemberdayaan, dan komunikasi terbuka. Berikut cara yang dapat CEO lakukan untuk mengatasi masalah ini:
Delegasikan Tanggung Jawab
Berikan kepercayaan pada tim Anda untuk bertanggung jawab atas tugas mereka. Berikan tujuan dan panduan yang jelas, tetapi biarkan mereka masih memiliki otonomi dalam pelaksanaannya. Hal ini dapat memberdayakan kemampuan karyawan dan mengurangi risiko manajemen mikro.
Bina Budaya Umpan Balik (feedback)
Bina budaya umpan balik (feedback) yang terbuka dan teratur pada seluruh karyawan, supaya karyawan dapat memiliki ruang aman untuk menyuarakan kekhawatiran tentang manajemen mikro dan masalah kerja lainnya.
Fokus pada Hasil, Bukan Metode
Alih-alih memantau setiap detail, alihkan fokus ke hasil. Biarkan tim mencari tahu cara terbaik untuk mencapai hasil yang diinginkan, yang nantinya dapat melatih karyawan untuk meningkatkan inovasi dan kreativitasnya.
Dorong Inovasi dan Pengambilan Risiko
Biarkan karyawan bebas bereksperimen dan berinovasi tanpa takut diperintah secara mikro. Rayakan keberhasilan dengan memberikan rewards dan anggap kegagalan sebagai kesempatan karyawan untuk belajar.
Memberdayakan Pengambilan Keputusan
Delegasikan wewenang untuk membuat keputusan pada tim karyawan yang sesuai dengan kapasitasnya. Hal ini dapat melatih kemampuan karyawan dalam pengambilan keputusan, mengurangi hambatan kerja, dan meningkatkan kepercayaan diri anggota tim.
Berikan Dukungan, Bukan Kontrol
Daripada mengendalikan setiap gerakan dan langkah karyawan, tawarkan bimbingan dan dukungan jika diperlukan. Pertahankan sikap terbuka dan jadilah sumber daya untuk membantu tim Anda berhasil, alih-alih menjadi hambatan yang berisiko memperlambat kinerja mereka.
Cegah Kelelahan
Pastikan karyawan mendapatkan beban kerja yang dapat dikelola, sediakan waktu istirahat yang cukup, dan ciptakan tempat karyawan merasa nyaman menetapkan batasan agar tidak terlampau kelelahan. Hal ini dapat membantu mengurangi stres kerja yang tidak perlu dan meningkatkan produktivitas kerja.
Keteladanan
Perlihatkan keteladanan yang ingin Anda lihat di tim Anda, seperti kepercayaan, akuntabilitas, dan keterbukaan. Tindakan Anda cenderung dapat menentukan corak seluruh budaya organisasi (They don’t know whatever you say, but they watch the way you move your feet).
Dengan berfokus pada strategi-strategi ini, seorang CEO dapat mengubah budaya organisasi, menumbuhkan kepercayaan, kreativitas, dan produktivitas, serta mempertahankan bakat terbaik untuk nantinya dapat mengembangkan dan mempertahankan organisasi.
Harry Waluyo
Pengamat Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif