Selamat Datang di Indiekraf Media - Kunjungi Juga Studio Kami untuk Berkolaborasi lebih Keren :)

Menuju Indiekraf Studio
Acara KreatifDesain Komunikasi VisualFotografiIndustri KreatifKabar KreatifKota KreatifKreatif TourismPelaku KreatifSeni PertunjukanSeni RupaWisata Kreatif

Kolaborasi Kreatif Pameran Virtual A(r)T Home Dewan Kesenian Malang

Di tengah pandemi yang melanda Indonesia seperti saat ini, banyak sektor usaha maupun pelaku kreatif yang terdampak. Belum lagi dengan anjuran pemerintah mengenai jaga jarak atau karantina mandiri yang membuat kita seakan kehabisan ruang. Tidak luput dari dampak pandemi, nyatanya dunia seni mengalami banyak perubahan. Beberapa pelaku seni terpaksa menunda atau bahkan membatalkan sejumlah acara seperti pameran hingga workshop. Mencoba bangkit dari keterpurukan adalah satu – satunya cara menghadapi kesulitan seperti sekarang. Berpikiran serupa, Badan Pengurus Dewan Kesenian Malang membuat inovasi proyek virtual bertajuk “A(r)t HOME”. 

Di dalamnya terdapat beberapa dokumentasi mengenai tanggapan dari 14 seniman kota Malang tentang kondisi pandemi Covid-19 serta beberapa karya yang dibuat. Bentuk dari pameran ini sendiri berupa foto atau video yang dapat dibagikan lewat social media (secara virtual) dan menerbitkan buku dokumentasi kegiatan. Hasil karya kemudian dipamerkan di Ruang Pameran gedung Dewan Kesenian Malang. Dalam pelaksanaan pameran virtual pun tetap diberlakukan protokol kesehatan sesuai dengan New Normal yang dicanangkan pemerintah. Meskipun sedang ‘Dirumah Aja’, peserta dari proyek ini tetap bersemangat mengekspresikan pemikiran mereka dalam bentuk karya yang luar biasa. Karya yang ditampilkan pun beragam seperti kolase, video art, lukisan, instalasi, relational art, dan lainnya.

Berikut ini adalah beberapa seniman yang ikut berpartisipasi dalam proyek ini.

 

1. Ajanis Maliki (Kiky)

Kiky merupakan lulusan S2 Manajemen Bisnis yang pada proyek ini mengusung karya bertajuk ‘Fragile’. Ia mengaku lebih banyak mempelajari seni batik dan merambat pada karya lukis dengan corak abstrak. Lewat karya yang ditampilkan, Kiky menyoroti dampak dari pandemi yang saat ini melumpuhkan aspek kehidupan hampir di seluruh dunia terutama Amerika Serikat. Negara adikuasa tersebut menjadi negara yang ironisnya memakan korban kematian cukup tinggi, ditambah pula dengan isu terkait rasialis yang saat ini terjadi. Karya Kiky secara tidak langsung memperingatkan kewaspadaan Indonesia dalam menjaga spirit Unity in Diversity.

2. Bobby Nugroho

Bobby Nugroho menampilkan site specific installation yang bertajuk ‘Domestication Creature’. Isi dari karya ini memberikan pandangan bahwa kita hidup berdampingan dengan makhluk asing yang bisa masuk ke dalam rumah yang dapat diakali dengan berbagai upaya, rekayasa, penjinakan dan pengendalian. Teknik yang ada dalam karya tersebut adalah teknik object response. Sedangkan karya kedua yang bertajuk ‘Rebirth and Colorful Life’ menyoroti ambisi manusia dalam menghadapi tantangan di dunia.

3. Bustad Abid (Alfan)

Alfan merupakan seniman otodidak yang mengasah ilmunya di bidang melukis di Studio Dinding Luar dan Studio Omah Wetan. Ia begitu mengagumi karya seniman di masa lalu sehingga ia mengambil penggalan kisah proses perjalanan manusia ke dalam karyanya. Dengan teknik toreh atau kerik, warna gelap di seluruh permukaan kanvas dilengkapi dengan kerikan kanvas seakan memahat hingga muncul citraan relief dari Borobudur.

4. Dapeng Gembiras

Dapeng juga ternyata merupakan seniman otodidak yang aktif di bidang seni, salah satunya sebagai penggagas Festival Performance Art (PAMAFEST) yang diselenggarakan sejak tahun 2001. Dapeng membuat karya wayang dengan bahan botol plastik air mineral bekas yang dipercantik dengan ‘painting glass’. Karya bertajuk ‘Wayang Noise’, ia mencoba menggambarkan tatanan kehidupan yang rusak dan memberikan peringatan pada manusia untuk menciptakan keseimbangan hidup di alam.

5. Dewi Jasmine

Dewi adalah lulusan S2 Keguruan Seni Rupa Universitas Negeri Malang yang saat ini aktif mengikuti pameran vritual. Dengan karya bertajuk ‘New Normal’, Dewi menyoroti ketidakpastian akhir dari pandemi yang menimbulkan kecemasan masyarakat. Simbol peace di kain perca melambangkan ajakan untuk berdamai dengan situasi yang terjadi sekarang.

 

Sumber : Facebook ART DKM 2020
6. Didit Prasetyo

Lulusan S2 Seni Videografi ISI Yogyakarta yang juga dosen PTN di Malang ini menjunjung karya bertajuk ‘Support’. Berawal dari kemampuan anaknya dalam seni, Didit mengajak anaknya berkolaborasi. Coretan anaknya di atas kanvas membuat Didit pada akhirnya menyelami hubungan antara orang tua dan anak. Dimana anak membutuhkan perhatian dan panutan agar anak bisa percaya diri dengan apa yang mereka jalankan.

7. Dimas Novib

Semenjak bergabung dengan Padepokan FIlm (PAFI) MAlang, Dimas banyak terjun di perfilman sebagai kameramen, lighting man hingga pembuatan film pendek. Dengan karya video art bertajuk ‘Menunggu Reda’, ia menghadirkan turunnya yang menerpa pepohonan, atap rumah hingga kucuran air dari talang. Hal ini melambangkan  kondisi yang membatasi ruang kita tidak boleh menjadi keterbatasan untuk memaksimalkan apa yang bisa kita lakukan.

8. Effendi (Goweng)

Seniman yang aktif juga di bidang pendidikan ini mengusung karya bertajuk ‘HOME’. Dilambangkan dengan rumah berbahan kayu yang dari dalam memancarkan sinar dari lubang di sekelilingnya. Lewat karya berbentuk minimalism, Goweng menggambarkan tempat kita pulang dari rumitnya hidup adalah rumah dengan sumber aura moral, spiritual, kedamaian dan ketenangan. Karya lainnya bertajuk ‘New Normal’ menyoroti tentang hidup yang saat ini berbeda dari hari kemarin, sehingga kehati-hatian adalah pilihan yang kita punya.

9. Ferry Said

Selain aktif dalam bidang musik, Ferry juga mendirikan kelas seni rupa bersama di Kedai Kopi Artspace. Karyanya bertajuk ‘Jejak Record’ mensejajarkan simbol dan gambar di atas kanvas. Seperti siluet bangunan gedung, potret diri mengenakan masker, pohon, bunga langit biru dan lainnya. Dimana dalam karya yang dipamerkan secara virtual tersebut tersirat tentang peristiwa dan maraknya berita mengenai pandemi yang juga menyimbolkan kebingungan arah.

Baca Juga :
10. Masari Arifin

Kali ini Masari membawa karya berbentuk instalasi berupa kanvas dari kawat ram, kemudian  dilapisi plastik di permukaannya. Ditambah pula dengan gambar dan ikon spirit moral. Karya bertajuk ‘Dinding Solidaritas’ ini menjadi bentuk gugatan terhadap tendensi kehidupan yang egois serta khas dengan individualis. Ia juga menyiratkan bahwa pandemi sekarang mengingatkan kita bahwa manusia adalah makhluk sosial dan memiliki kepekaan serta kepedulian untuk sesama.

11. Novantri Sumahadi

Novan saat ini aktif dalam kelompok Tani Maju serta menjadi aktor dalam beberapa film pendek. Karya yang ia bawakan pada pameran virtual ini terinspirasi dari masyarakat yang menggunakan sosial media dalam kesehariannya pada masa pandemi. Novan membuat meme dengan macam comic-strip dengan karakter karikatur. Nantinya, meme ini dapat diunduh dan digunakan di aplikasi chat seperti WhatsApp. Karya Novan diberi tajuk ‘Corona, Mengkhawatirkan, Meme (riahkan), Sticker Menyenangkan’. Karyanya diekspresikan dalam bentuk video art dalam pameran ini.

 

Sumber : Facebook ART DKM 2020
12. S. Drajad

Seniman yang produktif dalam menciptakan karya bercorak abstrak ini menampilkan karya bertajuk ‘Scream of the People’. Karya ini berupa potret yang menggambarkan kesedihan, keputusasaan, ancaman, ketidakpastian yang dirasakan masyarakat selama pandemi ini. Seniman ini mengekspresikannya lewat pemajangan sejumlah goresan karya abstrak dan naif ekspresif dengan kolase kertas majalah. Diantara lukisannya pun dilengkapi ornamen lain seperti infus, botol bekas minuman, selang dan lainnya.

13. Samsul Bukhari (Mbah Kardjo)

Mbah Kardjo adalah seniman yang terjun di bidang tari dan musik tradisional, sehingga ia banyak mengadakan pertunjukan wayang mendong menggunakan karakter wayang buatannya sendiri. Dalam pameran vritual ini Mbah Kardjo menampilkan karya bertajuk ‘Jagat Sungsang’ (Dunia yang terbalik). Tergambar dari sosok makhluk raksasa yang digantung seolah-olah akan menyerbu jajaran wayang di hadapannya. Karya ini menyiratkan akan perlunya kewaspadaan dalam menjalani kehidupan, karena ancaman akan selalu ada bersama kita.

14. Uddin Noor

Uddin merupakan pendiri kelompok KOMPAK yang kini aktif di bidang pendidikan di salah satu sekolah di Malang. Uddin mengungkapkan bahwa banyaknya waktu di rumah selama pandemi membuatnya mengeksplorasi teknik kolase lebih dalam. Selain itu, ia menggunakan materi bahan yang ada di rumah untuk menerapkan prinsip kolase. Menggunakan cat acrylic, kemudian dituang mengisi sketsa wajah menghasilkan potret dengan gaya pop art ala Andy Warhol.

 

Seniman-seniman di atas menginspirasi kita bahwa waktu berada di rumah tidak menghalangi kita untuk terus mengeksplor diri meskipun ada keterbatasan ruang. Selain itu, pameran ini dilakukan juga secara virtual sehingga social distancing pun tetap bisa kita lakukan. Karya seni adalah ruang kosong yang dipilih seniman untuk diisi dengan inspirasi, imajinasi yang dituangkan menjadi karya. Dan karya ternyata juga bisa kita nikmati meksipun secara virtual. Semoga kamu bisa bisa terinspirasi untuk berkarya juga, ya!

Show More

Related Articles