Indiekraf.com-Bagi masyarakat indonesia khususnya jawa, kacang kedelai bisa dikatakan salah satu bahan makanan pokok .Tahu, tempe dan kecap manis merupakan 3 diantara sekian banyak makanan olahan yang dihasilkan dari penganan berprotein tinggi tersebut.
Hanya saja limbah yang dihasilkan dari pengolahan makanan tersebut menimbulkan masalah baru bagi masyarakat. Selain mencemari lingkungan, limbah pengolahan kedelai dipercaya tidak memberikan manfaat apapun bagi manusia.
Kondisi inilah yang kemudian membuat sejumlah mahasiswa Universitas Brawijaya Malang menggelar pelatihan kepada masyarakat berdasarkan sistem pengolahan limbah yang mereka temukan, dan dapat memberikan manfaat ekonomi kepada warga desa.
5 orang mahasiswa fakultas teknologi pertanian Universitas Brawijaya itu masing masing adalah Fitri Rachmadita, Hairil Fiqri, Nugrah Fadillah, Sarah Devi serta Nabilla Risky.
Baca juga :
Sistem pengolahan limbah tahu temuan sekelompok mahasiswa UB Malang ini diterapkan di dusun Tegal Pasangan, desa Pakis Kembar, kecamatan Pakis kabupaten Malang, jawa timur.
Di desa pakis kembar ini sebagian besar diantara warganya berprofesi sebagai pengrajin tahu kedelai, dan di dusun Tegal Pasangan ini terdapat 11 rumah produksi pembuatan tahu dengan mempekerjakan puluhan orang pegawai.
Dalam sehari 100 kilogram hingga 1 ton kacang kedelai mentah, diolah menjadi tahu putih, yang banyak dipasarkan dan dikonsumsi masyarakat indonesia. Hanya saja selama prosesnya, industri rumahan ini juga menghasilkan 28 ribu liter limbah cair.
Selama ini limbah cair tersebut langsung dibuang warga ke saluran air terdekat karena dipercaya tidak memiliki manfaat bagi masyarakat. Sementara belasan karung limbah padat yang dihasilkan 1 rumah produksi masih dapat digunakan sebagai campuran makanan bagi ternak peliharaan warga.
Baca juga :
5 orang mahasiswa fakultas teknologi pertanian mencoba memperkenalkan dan menggelar pelatihan bagi masyarakat melalui program super soya, ustainable utilization and production system of soya by product.
Dengan kata lain para mahasiswa ini memperkenalkan cara pemanfaatan biomassa limbah produksi tahu menjadi 3 produk makanan olahan bergizi.
Limbah cair tahu dapat diolah menjadi produk minuman nata de soya serta minuman energi probiotik. Sementara limbah padat berupa ampas tahu, dirubah para mahasiswa menjadi penganan olahan abon tahu.
“Limbah tahunya kita ubah menjadi abon ampas tahu, minuman pro biotik serta nata de soya,” kata Fitri Rachmadita salah satu pencipta inovasi
Selain memberikan keuntungan secara ekonomi, penerapan sistem pengolahan limbah menjadi penganan turunan kedelai ini juga membantu pemerintah setempat, dalam mengatasi masalah pencemaran lingkungan yang berujung pada kerusakan ekosistem akibat pembuangan limbah cair dan padat.
“Di desa Pakis Kembar ini banyak ditemukan limbah produksi tahu dibuang langsung ke sungai, dan menimbulkan pencemaran bau. Diakhir tahun hampir menghasilkan 12 ribu liter limbah cair, dan ampas tahunya juga banyak. Dalam sekali produksi untuk 3 produk ini bisa menghasilkan nilai ekonomi sebesar Rp 470 ribu,”tambah Fitri Rachmadita.
Baca juga :
Bagi masyarakat desa, pengenalan dan pelatihan sistem pengolahan limbah tahu menjadi 3 penganan bergizi dan memiliki tingkat ekonomis tinggi ini, diakui sangat mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Hasil dari pelatihan sistem pengolahan limbah tahu ini sangat bermanfaat sekali, saya ingin nantinya mau membuat abon serta yoghurt,” kata Sulilstiyowati warga desa Pakis kembar.
Rencananya temuan 3 panganan turunan limbah tahu temuan mahasiswa fakultas teknologi pertanian Universitas Brawijaya malang ini akan terus dikembangkan agar seluruh warga desa dan disetiap wilayah yang memiliki sentra produksi tahu tempe maupun kecap manis di kabupaten malang mendapatkan manfaat ekonomi.