Selamat Datang di Indiekraf Media - Kunjungi Juga Studio Kami untuk Berkolaborasi lebih Keren :)

Menuju Indiekraf Studio
Kota KreatifWisata Kreatif

Menyibak Misteri Punden Mbah Tugu Di Kota Malang Yang Tidak Banyak Dikenal

Indiekraf.com-Pesona kota Malang yang dijuluki kota pendidikan ini memang tidak ada habisnya, banyak sekali destinasi wisata yang bisa dikunjungi. Selain dikenal dengan wisata alam dan buatannya, Malang juga menyimpan peninggalan bersejarah yang patut untuk dikunjungi dan dipelajari.

Bagi pecinta sejarah, benda peninggalan sejarah khususnya di kota Malang seperti Candi Badut, Karangbesuki, situs petirtan Merjosari, dan masih ada beberapa yang lainnya. Namun ada benda peninggalan sejarah yang tidak diketahui oleh warga Malang,yaitu punden mbah Tugu yang berada di kelurahan Samaan, Kecamatan Klojen.

Keberadaan punden Mbah Tugu ini memang sangat sulit diketahui karena berada di tengah pemukiman rumah penduduk. Punden Mbah Tugu tepatnya berada di Jl. Jaksa Agung Suprapto Gang II B, RT 005 RW 003.

Baca juga :
Pemkab Malang Segera Lakukan Digitalisasi Pasar Tradisional Melalui pasar.id
Grotesk: Sepeda Kekinian Berkualitas, Asli Buatan Arek Malang

Untuk menemukan punden Mbah Tugu ini anda bisa langsung mencari warung bakso surya yang berada di daerah rampal celaket atau lebih mudahnya masuk melalui gang sebelah hotel Maxone.

Setelah menemukan warung bakso surya,anda tinggal masuk gang yang berada tepat disebelah warung bakso surya itu. Anda tinggal mengikuti papan petunjuk yang ada di sekitar gang.

Menurut ahli arkeologi dari Tim Ahli Cagar Budaya Kota Malang, Rakai Hino Galeswangi, punden Mbah Tugu itu berasal dari masa Neolithikum, dan kebudayaannya menganut budaya megalit atau kebudayaan batu besar.

Ada tiga batu dengan bentuk yang berbeda di dalam punden, menurut catatan sejarah yang ada di dalam punden, ketiga batu tersebut sebelumnya dipindahkan dari tempat sebelumnya yakni di belakang sekolah Corjesu lalu dipindahkan dengan cikar atau pedati ketempat saat ini berada.

“Punden mbah Tugu ini berasal dari masa Neolithikum, tapi kebudayaannya menganut budaya Megalit atau kebudayaan batu besar,” kata Rakai Hino Galeswangi arkeolog dari Tim Ahli Cagar Budaya Kota Malang.

Baca juga :
Sekarang Bisa Ngopi Sambil Naik Bus di Kota Malang
Kunjungi Kantor Glovory, Bank Indonesia Wilayah Malang Siap Dukung Sektor Aplikasi Gim Malang

Masih menurut Rakai, Punden mbah Tugu sendiri berdasar kegunaannya yakni digunakan sebagai kegiatan spiritual.

“Kalau bicara pundennya untuk apa, ya kegunaannya untuk kegiatan spiritual,” tambah Rakai.

Didalam punden mbah Tugu itu, terdapat 3 benda cagar budaya yakni menhir berbentuk tugu, menhir ini terbuat dari batu andesit dengan ukuran tinggi 88 cm, panjang 37 cm, dan Lebar 30 cm.

Menhir dalam ilmu prasejarah disimbolkan dengan phallus (alat kelamin laki-laki). Jika mendengar arti kata “phallus” mungkin sedikit jorok, namun orang jaman dahulu memiliki keyakinan bahwa munculnya sebuah kehidupan di dunia ini berasal dari hubungan antara laki laki dan perempuan.

menhir di punden Mbah Tugu

Selain itu, biasanya menhir dibuat dan dipercaya sebagai sarana transformasi pemujaan terhadap arwah leluhur yang dianggap arwah leluhur masuk di tubuh para lelaki.

“Kalau dari ilmu pra history, menhir itu simbol dari phallus atau alat kelamin lelaki yang disimbolkan dengan tugu. Kalau orang sekarang mendengar kata itu mungkin jorok, namun itu adalah sebuah kepercayaan,karena orang jaman dulu itu berkeyakinan bahwa kehidupan berasal dari phallus dan vagina (alat kelamin wanita). Fungsi dari menhir sendiri secara umum adalah untuk mendatangkan roh, ” kata Rakai.

Selain menhir terdapat juga waruga yang bentuknya menyerupai seperti rumah, waruga sendiri dalam ilmu pra sejarah dipergunakan untuk wadah kubur. Waruga ini memiliki tinggi 47 cm, panjang 89 cm,dan lebar 54 cm. Orang jaman dahulu percaya jika ada yang meninggal,maka orang yang meninggal itu harus dikuburkan seperti saat bayi beradadalam kandungan, yakni telungkup.

waruga

“Kemudian disana juga didapati waruga,yang bentuknya kayak rumah, namun sepertinya waruga itu belum jadi dan apakah diartikan sama seperti yang ada di Toraja atau Nias, yang jelas waruga itu adalah wadah kubur,” kata Rakai.

Dan yang terakhir adalah pipisan yang fungsinya untuk mengasah. Memiliki panjang 92cm, lebar 68 cmserta tinggi 10 cm. Namun untuk pipisan yang di dalam punden mbah Tugu itu masih belum banyak informasi, apakah untuk batu asah atau batu gores.

pipisan

Dari ketiga benda yang berada di dalam punden tersebut, arkeolog mencoba memberi gambaran, kemungkinan besar benda benda tersebut dipergunakan untuk upacara pertanian.

Show More

Related Articles