Viral Mirip Kayungyun, Wajah Baru Kayutangan Mendapat Kritik dari Pelaku Ekonomi Kreatif Kota Malang

Indiekraf.com – Baru beberapa hari selesai dikerjakan, proyek pembangunan taman dan signage di area Kayutangan Heritage kembali mendapatkan sorotan dari Netizen. Setelah beberapa waktu yang lalu mendapat kritik tajam terkait lampu taman yang sekilas mirip dengan identitas Jogja, miniatur Trem hingga kepadatan parkir disepanjang jalan Kayutangan.

Kini muncul kritik kembali terkait pembuatan signage Kayutangan Heritage di area perempatan Rajabali. Kritik ini muncul dari komentar banyak netizen Malang yang menilai bahwa tulisannya sekilas mirip dengan font brand usaha “Kayungyun”.

Sumber foto : info_malang

Ditemui secara luring, pelaku kreatif Kota Malang yang bergabung di Malang Creative Fusion (MCF) menyayangkan hal tersebut. Dinilai selama ini Pemerintah masih belum mengajak diskusi para pelaku kreatif terkait brand identitas kota agar terlihat lebih memiliki jiwa dan identitas yang lebih baik.

“Ini Bukti pemerintah belum benar-benar utuh melihat dan berkolaborasi kita MCF (Pelaku Ekraf) sebagai partner hexahelix. Halo, apa kabar pemerintah, MCF siap menjadi partner kolaboratif bukan sekedar teman kencan!” Ujar Dadik Wahyu, Koordinator Malang Creative Fusion.

Terpisah, Koordinator ADGI Malang, Dimas Fakhrudin yang juga 5 Besar Finalis Logo IKN 2023 membuat postingan dengan memberikan contoh implementasi font yang pas. Akademisi yang juga desainer ini mencoba membuatkan implementasi yang berbeda di postingan akun instagramnya.

“Ini hanya ilustrasi belaka. Karena mulai kemarin rame soal signage Kayutangan Heritage yang pilihan hurufnya mirip dengan Kayunguyun dan vibes playground, akhirnya iseng nyoba pake typeface #neojengki. Walaupun belum 100% bisa dikatakan berhasil menggambarkan kesan “Heritage” area Kayutangan, tapi menurut saya nuansanya masih oke lah, ya~”. Ujar Dimas.

Sumber Gambar : @dimazfakhr_

Akhirnya dari sini pun istilah huruf bisa berbicara dan punya persepsi makna masing-masing, memang benar adanya, dan sengaruh itu. Memahami konteksnya untuk apa dan siapa, akhirnya memang berpengaruh terhadap pilihan hurufnya kayak gimana. Maka dari itu mempelajari tipografi menjadi penting, minimal paham soal fungsi, jenis dan kegunaannya seperti apa. Biar gak “yang penting keren” atau “ngene ae wes apik, ndang mari ndang uwes”. Lanjut Dimas.

Baca Juga :

Exit mobile version