Indiekraf.com-Bagi sebagian orang, ulat jenis apapun mungkin dianggap sebagai hama menjijikan yang layak dijauhi. Padahal, ada sebagian ulat yang bisa menjadi sumber pundi-pundi cukup menggiurkan.
Seperti ulat Jerman contohnya, ulat Jerman dengan nama latin Zhopobas Morio ini sedang digandrungi oleh masyarakat untuk dibudidayakan , keuntungan menjadi daya tarik masyarakat untuk berwirausaha membudidayakan ulat ini.
Dan ternyata di Kabupaten Malang, jawa timur ada satu orang pengusaha bernama Effri Arif Ikhwanto yang merupakan pengekspor ulat Jerman satu satunya dari Indonesia untuk pasar luar negeri melalui PT Multi Cahaya Dinarto yang dibentuknya.
Melalui PT Multi Cahaya Dinarto, ulat Jerman dari kumpulan ribuan petani dari berbagai daerah di Indonesia itu dikirim hingga ke 7 negara, mulai Malaysia, Hongkong, Jepang, Singapura, China, hingga Amerika Serikat.
Baca juga :
6 Fakta Coworking Space yang Perlu Para Freelance Tahu
Dior Terpaksa Tutup Gerai di Indonesia Karena COVID-19
5 Bakso Malang yang Wajib Kamu Coba!
Kisah Awal Usaha
Sebagai seorang pengusaha, Jefri panggilan akrabnya menceritakan jika dirinya banyak mengalami kebangkrutan usaha, mulai usaha aksesoris mobil, tembakau, cengkeh sekaligus usaha rokok, kemudian pergi keluar pulai yakni ke NTB berbisnis service segala macam alat elektronik, lalu bisnis las teter, hingga akhirnya kembali ke Malang dan menemukan bisnis ulat Jerman ini.
“Awalnya itu saya usaha aksesoris mobil, bemper mobil itu saya yang buat, itu 25 tahun lalu bangkrut, lalu saya pindah ke tembakau, akhirnya aku produksi rokok, pindah ke NTB Bima saya buka service elektronik juga bangkrut akhirnya pulang balik ke jawa dan bisnis ulat Jerman ini,”ungkap Jefri panggilan akrabnya.
Ide Ulat Jerman
Awal memulai bisnis ulat jerman dimulai dari tiga orang dari AURI atau Angkatan Udara Republik Indonesia yang ditunjuk oleh satu perusahaan besar di wilayah kedungkandang kota Malang pada tahun 2000-an. 3 orang tersebut diberikan mandat untuk mencari petani sebanyak banyaknya yang ada di wilayah malang raya.
Singkat cerita, Jefri bergabung dengan salah satu orang AURI tersebut, dan mulai usaha, awalnya Jefri panen sebanyak 1 kuintal lalu berkembang setiap bulannya hingga 1 ton. Namun saat panen ulat Jerman sebanyak 1 ton tersebut, orang AURI yang mendapat mandat itu tak bisa membayar hasil panen miliknya karena kehabisan modal, hingga akhirnya Jefri diarahkan untuk mengirim langsung ke pabrik.
Namun setelah dikirim ke pabrik, Jefri justru lebih kaget lagi ternyata saat di kirim ke pabrik, hasil panen yang mencapai 1 ton tersebut hanya mampu di masukkan sebanyak 60 kilogram, karena pabrik tak mampu menampung.
Baca juga :
Dari Training Cleaning Service, DUTASUKSES Mampu Lahirkan Lembaga Pendidikan Nirlaba ahlulquran.co.id
Ditengah Pandemi, 8 Bioskop di Bandung Ajukan Relaksasi
Wih Greget! Amerika Serikat Bakal Bangun Pabrik Tempe
Ternyata setelah ditelusuri, pabrik tersebut selama ini hanya memasarkan ulat Jerman ke pasar lokal Indonesia saja, momen itulah yang akhirnya diambil oleh Jefri.
“Suatu ketika setoran ke pengepul penuh, kiriman 1 ton dari saya ditolak oleh orang Auri itu, lalu saya diarahkan untuk langsung setor ke pabrik, saya setor ke pabrik, lha ternyata setoran saya yang diterima hanya 60 kilo saja dari 1 ton itu, karena pabrik penuh, dan ternyata selama ini dipasarkan untuk pasar lokal saja,” ungkap Jefri saat menceritakan awal mula berbisnis.
Kegunaan Ulat Jerman
Ulat Jerman yang dikirim ke luar negeri melalui PT Multi Cahaya Dinarto ini pemanfaatannya cukup banyak, antara lain untuk bahan dasar kosmetik, dibuat tepung, dibuat minyak, hingga dikonsumsi masyarakat.
“Untuk pasar luar negeri kegunaannya untuk kosmetik, dibuat tepung, dibuat minyak sama konsumsi,” kata Jefri.
Bisnis model
Jefri menuturkan bisnis model yang ia jalankan bersama petani binaannya terbilang cukup sederhana, yakni setiap petani dimanapun mereka berada di wilayah Indonesia, silahkan bergabung dengan koordinator wilayah yang sudah ditunjuk Jefri, jika masyarakat kebingungan, bisa mengontak langsung ke PT Multi Cahaya Dinarto di nomor 0812-3354-1356.
Dengan memasukkan modal Rp 2,7 juta, petani ulat Jerman akan mendapat 1 kotak indukan kumbang Jerman berisi 500 kumbang, kotak plastik sebanyak 20 buah, karena 1 kotak 500 kumbang biasanya menghasilkan ulat sebanyak 20 kotak tersebut dengan berat paling sedikit 10 kilogram.
Baca juga :
Menajubkan! Robot Ciptaan Disney Ini Mampu Melakukan ‘Eye Contact’
Heboh! Elon Musk Lakukan Percobaan Menanamkan Cip Komputer ke Otak Makhluk Hidup
Jefri menjelasakan, satu paket kumbang atau satu kotak kumbang, setelah 3 bulan pembiakan akan menghasilkan 10 kilogram ulat, dan setiap satu bulan akan panen sebanyak 2 kali.
Jika memiliki 10 paket kumbang, bisa menghasilkan 1 kuintal setiap15 hari dengan harga per kilogram sebesar Rp 30 ribu sehingga penghasilan setiap bulan sebesar Rp 6 juta dengan masa produksi hingga 2 tahun.
Analisa perhitungan ulat Jerman dengancontoh 10 paket
Kumbang 10 paket x Rp 2juta=Rp 20 juta
Kotak 200x Rp 35 ribu = Rp 7 juta
Rak 4 x Rp 1,5 juta = Rp 6,5 juta
Total = Rp33 juta ( ongkir menyesuaikan)